31 December 2011

Hari ini, hari terakhir tahun 2011. Hari dimana semua resolusi yang pernah kita rencanakan setahun lalu berujung.  Hasilnya adalah apakah resolusi itu tercapai atau masih bersambung di tahun berikutnya? Bagi kawan-kawan blogger yang resolusi tahun 2011 nya tercapai, saya ucapkan selamat. Tapi bagi yang belum tercapai, I said, sabar kawan, mungkin di tahun berikutnya kita akan lebih beruntung.

Ngomong-ngomong soal resolusi. Posting kali ini saya tidak akan membahas tentang resolusi saya untuk tahun 2012, atau tentang resolusi saya setahun silam. Kali ini saya hanya ingin mengenang. Hmmm, iya mengenang. Mengenang beberapa moment terbaik yang saya alami di tahun 2011. Kenangan yang selalu bisa membuat airmata saya meleleh, atau mungkin senyum saya merekah bebas. I call it,


Kebetulan, saya memiliki beberapa moment terbaik di tahun 2011. Moment yang selalu membuat saya percaya bahwa scenario Allah itu selalu indah. Dan Allah memang selalu mencintai saya. *PEDE BANGET**.


My Best Moment yang pertama adalah ketika Allah memberikan kesembuhan pada ibu saya. Sebenarnya saya sudah pernah bercerita di posting ini. Tapi biarkanlah saya menceritakannya kembali. Beberapa bulan sebelum kakak saya menikah, ibu saya sakit keras. Kata dokter, ibu saya sakit tipes. Tapi anehnya, tipes ini lama sekali, bahkan setelah dua bulan kakak saya menikah, tipes ibu saya ini belum juga sembuh. Kalau dihitung-hitung, ibu saya sakit tipes selama 4 bulan lebih. Kawan-kawan bisa bayangkan, betapa ibu saya yang tadinya segar  bugar, kemudian menjadi kurus, amat kurus.

Setiap malam, badan ibu panas. Tidak mau makan, dan setiap hari ibu  berkata ‘nggak kuat’. Hal yang paling menyakitkan bagi saya saat itu adalah ketika ibu mengatakan bahwa beliau sudah nggak kuat dengan sakit itu. Kalau memang mau diambil, ibu ikhlas. Ya Allah, sakittttt rasanya mendengar ibu berucap seperti itu. Mungkin saking lamanya, ibu benar-benar jenuh.

Hal menyakitkan lainnya adalah ketika di tengah kesakitannya, ibu harus berjuang duduk di pendopo pelaminan mendampingi kakak saya menikah. Itu benar-benar perjuangan keras. Pernihakah diadakan dua kali dan dalam kedua kesempatan itu ibu masih dalam keadaan sakit. Bayangkan, perjalanan dari rumah ke gedung, kemudian ketika ibu harus dirias, pakai kebaya, dan berlama-lama duduk di pendopo pelaminan. Mereka yang sehat pasti kuat-kuat saja. Tapi ibu saya sedang sakit saat itu. Dan saya sakit ketika mengingat hal itu.
LOOK!!! Ibu akan melakukan apapun untuk melihat anaknya bahagia, meski dalam keadaan tidak berdaya sekalipun. Beliau mengumpulkan sisa-sisa tenaganya untuk mendampingi putranya (kakak saya) yang sedang berbahagia.

Kalau tidak salah, waktu itu ibu sudah ganti dokter sampai empat kali. Dan melalui dokter terakhirlah, Allah memberikan kesembuhan untuk ibu saya.

Saya masih ingat, terhitung mulai tanggal 16 Agustus. Ibu saya sudah mulai mau makan sedikit banyak. Setelah hari itu, ibu saya berangsur-angsur pulih, dan mau makan. Sehingga ketika lebaran ibu saya sudah sembuh, meski masih lemah.

Yang saya syukuri ketika ibu saya sakit adalah, saya sudah resign dari pekerjaan saya sebagai Graphic Editor. Jadi saya bisa sepanjang hari menjaga ibu. Sepertinya scenario Allah mengatakan saya harus keluar dari kerjaan, karena ibu saya akan sakit. Allah knows best.



My Best Moment yang kedua adalah ketika saya mulai menulis buku dan akhir tahun ini sudah dalam proses approval. Setidaknya tahun depan, buku yang saya tulis bersama Nadian maulana dengan judul Aquanetta sudah bisa dinikmati kawan-kawan sekalian. So, what’s the point? Let me tell you apa yang saya rasakan ketika semua naskah sudah terkumpul, cover buku sudah jadi, dan naskah siap dikirim.

Rasanya, jantung saya berdebar kuat sekali. Seakan tidak percaya, bahwa saya benar-benar sedang berada di depan komputer dengan koneksi internet cepat. Mengakses email dan meng-attach­ naskah di dalamnya, kemudian meng-klik tombol send. Wow, tangan saya benar-benar dingin ketika melakukan adegan barusan. Antara mimpi dan kenyataan, bahwa buku pertama saya, terbit.

Dan taukah kalian, menunggu proses approval itu sama seperti menunggu kekasih yang berjanji datang untuk membawakan setangkai bunga mawar. Rasanya lamaaaaaaaaaaaa sekali. Rasanya hari itu, hari yang dinanti dimana buku saya akan sampai pada kata APPROVE, rasanya seperti merangkak, waktu terhenti seketika, dan membiarkan saya dan Nadian Maulana menunggu dalam kondisi jantung yang berdetak hebat setiap detiknya.

Ketika saya melanjutkan menulis buku, seakan-akan scenario Allah mengatakan bahwa saya harus keluar dari pekerjaan saya sebagai Graphic Editor. Agar saya memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan naskah saya dengan pikiran yang tenang.

(Photo: crookshankscharm.blogspot.com)
My Best Moment yang ketiga dan yang terakhir adalah ketika Allah mempertemukan saya dengan seseorang yang saya sebut dia dengan, senja. Kenapa saya sebut dia dengan senja, dan siapa dia sebenarnya?

Saya menyebutnya senja, karena saya suka senja. Senja itu adalah hal sederhana. Hanya sebuah peristiwa ketika matahari tenggelam di balik awan, tapi senja selalu indah kan? Senja selalu memiliki sensasinya sendiri di tiap sore. Senja selalu memberikan semburat warna apik di bantaran langit sore yang teduh. Dan senja, selalu memberikan kehangatan bagi siapapun yang meresapinya. Karena itu senja selalu istimewa.

Sama seperti dia. Dia adalah sosok sederhana, sekaligus istimewa. Kenapa? Karena senjaku itu baik. Senjaku itu pintar. Senjaku itu rendah hati. Senjaku itu selalu bisa membuat saya tertawa. Senjaku adalah orang pertama yang membuat saya tidak merasa asing. Dan Senjaku itu selalu menjaga ibadahnya.

Karena senja, saya tak perlu wajah tampan untuk dimiliki, saya tak butuh kesempurnaan untuk dicumbui. Saya (mungkin) jatuh cinta, dan kali ini dengan hati. Meski, Yes I know, senja tak pernah menginginkan saya, sama sekali. Katanya, we’re just friend. That’s okay. Saya mencintai senja dengan hati. Semoga Allah selalu melimpahkan kebahagiaan untuk senja. Bisa menjadi sedikit bagian dalam hidupnya saja, saya sudah bahagia. Minimal, saya adalah temannya.

Mengutip dan mengubah sedikit lirik lagu Maher Zain ‘For The Rest of My Life’

“I feel so blessed when I think of you, and I ask to bless my love to you”

Ya Allah, saya jadi galau deh. But, really. I praise Allah for sending Senja to my life. Meski mungkin tidak bisa menjadi bagian dalam hatinya.

Itulah, tiga Best Moment yang terjadi dalam hidup saya di tahun 2011. Sebenarnya banyak moment-moment baik, tapi sepertinya tiga moment di atas benar-benar memiliki ruang tersendiri dalam hati, ingatan, dan mimpi saya.

Kalau kawan-kawan semua, Apa Best Moment kalian? Boleh dong di share di sini. Biar kita bisa saling berbagi.

Btw, semoga Allah selalu memberikan kemudahan pada kita semua di tahun 2012 ini.

“Happy New Year 2012, Peoples!!!!!”

Tagged: , , ,

6 comments:

  1. semangat!!!! semoga tidak hanya menunggu senja, tapi mengejar sang fajar :D,
    apaan?

    `Semoga tahun depan menjadi lebih baik, Aamiin...

    ReplyDelete
  2. semangat!!!! semoga tak hanya menunggu senja, tetapi mengejar sang fajar.
    apaan? :D

    `Semoga tahun depan lebih baik, Aamiin...

    ReplyDelete
  3. Hiks... luar biasa... kasih sayang seorang ibu. Ibu di seluruh dunia pun pasti mau melakukan apapun untuk anaknya. Demi anaknya. TT__TT *tangis haru*

    Hmmmm best momen saya ya... apa ya.... Mungkin.... waktu saya sidang TA. Hahaha... :D

    ReplyDelete
  4. Cieehh senyumnya merekah amat mbak :D
    hhahaha
    semoga tahun ini juga luar biasa :)

    ReplyDelete
  5. woow...happy new year mbaakk...^_^
    may our dreams come true on 2012 yaaa...hahhaa
    semangat mbaak...wah kereenn, udah nerbitin buku..hahaha..#mupeng

    ReplyDelete
  6. yup betul... semoga yg belum tercapai di 2011 bisa terlaksana di 2012 ya... selamat tahun baruuuu...

    ReplyDelete

Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^