Luapan Ditiap Titiknya

Dear kawan blogger,

Apa kabar kalian kawan? Rasanya saya sudah sangat lama tidak ‘benar-benar’ bersentuhan dengan blog. Ah, berlebihan. Tapi iya. Tidak ada nyawa lagi dalam beberapa posting.  Hanya ‘asal ada posting baru’. Malas? Mungkin, tapi bukan rasanya, saya bahkan tetap menulis meski tidak dipublikasikan.

Beberapa minggu lalu, seseorang dengan sungguh menyuruh saya untuk menulis lagi diblog. Saya? Hiatus. Saya sekarang jarang menulis, katanya. Ahh, dia sok tau. Tapi ada benarnya. Meski tetap menulis, tapi memang tidak serajin dulu.

Beberapa hari lalu, saya coba melihat arsip blog kemudian membandingkannya dengan tahun sebelumnya. Saya sadar, ini adalah tahun ketika saya amat jarang menulis. Kalian tau, menulis pun kadang capek luar biasa. Begitu kata Soe Hok Gie.

Tapi sepertinya, mulai hari ini. Saya berjanji tidak akan berhenti menyentuh tuts-tuts keyboard lagi. Karena boleh jadi, ketika saya rajin menari-narikan jari saya di depan komputer, akan ada seseorang di sana, entah siapa, dia bisa tersenyum karena tulisan saya. Boleh jadi, seseorang di ujung bumi sana, entah siapa, mungkin sedang terharu rindu pada keluarganya yang berada di pulau seberang setelah membaca tulisan saya. Boleh jadi, seseorang di antah berantah, entah siapa, akan segera kembali lagi ke pangkuan ibunya, memeluk hingga bercampur antara tangis dan tawa bahagia, usai membaca habis tulisan saya.

Semoga.

Karena meski jarang menulis (lagi), saya tetap yakin.  Ada luapan dasyat ketika sebuah tulisan itu dituangkan, ketika ada rasa yang ikut bergantung ditiap hurufnya. Ada rasa yang terpendam ditiap akhir titiknya. Dan saya akan meluapkan semua rasa itu kembali dalam satu demi satu huruf.

Setiap hari. InsyaAllah.

(Photo By. ubpress.ub.ac.id)