ketika seseorang mengatakan bahwa dia siap untuk menikah, apakah hal tersebut juga satu paket dengan siap menjadi orangtua? Mungkin. Mungkin iya atau mungkin tidak. Namun, harusnya dua hal itu sudah ada dalam satu paket yang sama. Seperti ketika kita membeli mobil, maka kita juga harus siap membeli bahan bakarnya, kan?
Beberapa hari lalu dan hari ini. Saya mendengar sepasang suami istri yang tidak henti-hentinya cekcok mulut. Berlomba meninggikan suara. Entah apa yang dipermasalahkan, saya tidak mau tau. Yang saya tau adalah, mereka sedang ribut.
Suara-suara itu seperti mereka tengah berorasi di tengah ribuan massa yang menuntut seorang pejabat korup untuk turun dari jabatannya. Namun kali ini, tidak perlu megaphone, cukup dengan sekali teriak dan bumi pun bergetar. Saya saja merinding mendengarnya.
“Kasian!”
Saya bukan kasian pada sepasang suami istri yang tidak tau adab itu. berteriak-teriak kalab, seakan mereka sedang berada di dalam hutan belantara. Sadarkah mereka? Kanan kirinya terdapat berjuta telinga yang masih baik fungsinya dan beribu hati yang bisa berprasangka?
Saya kasian pada anak mereka yang tinggal di rumah itu. Setiap hari, anak kecil yang usianya belum genap 10 tahun itu harus mendengar dan melihat orangtuanya bertengkar. Miris. Kalau saya jadi anak itu, saya bingung harus kemana. Harusnya rumah adalah tempat paling damai untuk semua orang. Kembali bersama keluarga, bermanja-manja, bercerita semua kejadian di luar sana, dan melepas lelah serta penat. Namun, dia tidak mendapatkannya. Kasian!
Betapa egois orangtua yang membiarkan anak mereka melihat dan mendengar pertengkarang yang hanya memenuhi ego setan. Sebagai orang yang sudah menikah dan (harusnya) sudah dewasa, mestinya mereka berfikir apa yang baik untuk buah hati dan kelangsungan rumah tangga mereka. Bukan memuaskan ego setan dengan berteriak-teriak kalab agar seluruh dunia tau bahwa mereka marah.
“Berpikirlah positif dan dengan kepala dingin!”
Saya belum menikah, namun saya hanya mencoba berpikir apa yang seharusnya. Karena ketika kita memilih sebuah keputusan, maka kita juga harus bertanggungjawab atas semua yang terjadi di balik keputusan itu.
Ingat, Jangan salahkan anak ketika mereka terlibat aksi rebut disekolah. Karena mungkin mereka meniru apa yang dilakukan orangtuanya dirumah.
Jangan egois, belajarlah mengerti!!!
0 comment:
Post a Comment
Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^