12 September 2011

Foto. Dewi Lestari Fanpage
Madre. Sebuah buku berisi kumpulan karya yang lahir dari sentuhan seorang Dewi ‘Dee’ Lestari. Ada 13 karya fiksi di dalamnya, dan (bagiku) semuanya menarik.

Aku mendapatkan buku ini di tangan ketika awal puasa, 1 Agustus lalu. Di sebuah toko buku di kawasan Margorejo, Surabaya. Aku tak henti membolak-balikkan buku ini. Membaca synopsis yang ada pada cover belakang, mencoba mencari arti dari Madre. Apa ya Madre itu, tanyaku dalam hati. Awalnya kukira Madre adalah sebuah kata dari bahasa Negara lain yang pasti mengartikan sesuatu. Aku penasaran.

Cover buku Madre sederhana. Berwarna orange dengan gambar sketsa bangunan bertuliskan Madre 1979. Kemudian warna orange dan sketsa tadi ditumpuk dengan gambar yang menyerupai pita berwarna putih tulang. Dan di atasnya bertuliskan Madre, dengan lambang kunci yang menggantikan huruf ‘D’. Kunci? Maksudnya apa? Madre itu kunci? Atau Madre itu merupakan kata kunci dari kumpulan cerita di dalamnya?

Buku Madre terus kutenteng sambil mengitari toko buku, mencari karya-karya penulis lain yang mungkin bisa menginspirasiku atau sekedar memberiku pengetahuan tentang gaya tulisan mereka. Cukup lama aku berputar-putar, kuambil beberapa buku, kuperlakukan sama seperti Madre. Kubaca synopsis pada cover belakang, namun sayang, tidak seperti Madre yang berhasil menggugah rasa penasaranku.

Perjalananku mencari buku lain untuk kulahap bersama Madre berakhir di depan mesin kasir. Sayang, aku memutuskan hanya Madre sendiri yang akan kulahap malam ini. Menikmatinya selembar demi selembar, hingga rasa penasaranku terbayar, dan aku tidak akan bertanya lagi, apa itu Madre.

Setelah urusanku dengan Mbak kasir selesai. Bergegas aku menuju tempat parkir, kemudian memacu motorku secepat kilat. Menembus jalanan Surabaya yang padat dan menahan serangan sinar matahari siang yang membakar. Aku hanya ingin cepat sampai dirumah. Membuka segel Madre, dan menelanjanginya. Tak perlu menunggu malam.

Sampai di rumah. Tak butuh waktu lama. Kini aku telah membuka halaman pertama Madre. Mengambil bolpoin, menuliskan tanggal pembelian dan membubuhkan tandatanganku di sana. Hal ini sudah menjadi kebiasaanku. Karena kapan sebuah buku itu dibeli, merupaka momen tersendiri bagiku. Dan tanda tangan, adalah tanda, itu bukuku.

Jari-jari tanganku mulai menjamah lebih dalam. Kini mataku sedang memperhatikan halaman daftar isi. Ingin tahu apa saja yang ada di dalamnya. Dari sini, aku mulai mendapat jawaban pertama. Madre adalah salah satu judul cerita di dalamnya. Tak lupa kubaca ‘Pesona Dee’ yang ditulis oleh Sitok Srengenge yang merupakan penyunting dari buku ini. Dan akhirnya kudapati halaman pertama cerita dengan judul Madre.

Setelah membaca cerita tentang Madre. Aku tertawa. Menggelengkan kepala. Madre yang hebat, dan berhasil membangunkan sel-sel penarasan dalam tubuhku. Cerita tentang Madre ini sederhana, namun penuh kejutan. Aku membacanya sambil senyum-senyum sendiri. Kalian tahu apa itu Madre?

Madre. Diawali dengan cerita seorang lelaki bernama Tansen Roy Wuisan yang tengah bingung karena tiba-tiba saja Tan Sin Gie, pria tua  yang baru saja wafat memberikan warisan padanya. Warisan? Tansen saja sama sekali tidak pernah mengenal orang ini. Apalagi Tan Sin Gie adalah seorang Tionghoa, sedangkan Tansen merasa darah Tionghoa tidak mengalir dalam tubuhnya. Namun, apa mau dikata. Nama Tansen tertulis jelas dalam surat wasiat. Dan mau tidak mau, Tansen menerima warisan dari Tan Sin Gie. Tau apa warisannya?


Sebuah kunci.


Aku mendapati jawaban kedua. Sebuah kunci. Bukankah dalam cover ada gambar sebuah kunci yang menggantikan huruf ‘D’ pada Madre? Dan aku semakin yakin saja kalau Madre adalah kunci. Tapi tunggu dulu. Apa iya Madre adalah kunci? Aku baru membaca 4 halaman, masih ada 68 halaman lagi yang akan menjawab rasa penasaranku.

Tansen akhrinya pergi ke sebuah tempat yang alamatnya tertulis pada secarik kertas yang ikut bersama kunci warisannya tadi. Di daerah Jakarta Tua, Tansen berdiri di depan sebuah bangunan ruko tua tak terawat yang ternyata adalah bekas toko roti bernama Tan de Baker. Di sana, Tansen bertemu dengan Pak Hadi. Seorang lelaki tua berumur 80 tahun yang juga keturunan Tionghoa, sama seperti Tan Sin Gie.

Dari Pak Hadi, Tansen kini mengetahui semua sejarah hidupnya. Tidak hanya darah India yang mengalir dalam tubuhnya, namun juga ada seperempat darah Tionghoa yang tercampur di sana. Hampir-hampir tidak percaya. Namun inilah kenyataan. Tansen memiliki nenek yang ternyata adalah seorang pembuat roti. Dan kini kakek yang tidak pernah dia kenal sebelumnya, mewariskan sesuatu yang tidak pernah dia mengerti.

Kunci warisan yang dia dapat tadi, ternyata kunci sebuah kulkas tua yang ada di dalam dapur Tan de baker. Dan taukah apa isi kulkas itu?


Madre.


Iya. Warisan sebenarnya adalah Madre. Apa itu Madre?

Pada bagian ini aku tertawa dan mengatakan “Ealahhh”. Ternyata ini Madre? Sesuatu yang berhasil membuatku penasaran selama di toko buku, dan membuatku bergegas menembus panas Surabaya hanya untuk segera membaca dan mengetahui, apa itu Madre.


Madre adalah sebuah adonan roti. Titik. Tidak lebih. Tidak ada bentuk lain dari Madre.


Madre adalah sebuah adonan biang dari roti. Merupakan hasil perkawinan antara air, tepung, dan fungi bernama Saccharomyses exiguous. Yang kemudian digunakan untuk campuran pembuatan roti. Sebagai adonan biang, Madre inilah yang meronggakan, mewangikan, dan merenyahkan semua roti buatan toko Tan de Baker.

Ternyata hanya adonan roti yang membuatku penasaran dari tadi. Tapi ternyata benar dugaanku sebelumnya. Madre merupakan bahasa dari Negara lain. Madre adalah bahasa Spanyol yang berarti Ibu. Madre adalah adonan biang. Karena itu dia disebut Madre. Ibu dari semua adonan.

Namun, meski rasa penasaranku tentang Madre terjawab. Ada rasa penasaran lain yang muncul seketika, menyelinap masuk ke dalam dada, dan membuatku terus melahap Madre hingga tak tersisa. Apa? Ceritanya. Aku ingin tahu bagaimana kelanjutan dari  Tansen, Pak Hadi, Madre, dan Tan de Baker.

Kalian sudah tahu kelanjutan ceritanya? Atau mungkin belum sempat mencicipi sedikit Madre? Saranku coba cicipi Madre. Dan kalian akan tahu, bagaimana kelanjutan Madre dan 12 cerita karya Dee lainnya.




“Madre itu bukan sebuah Perahu Kertas, 
bukan juga makhluk Hibryda bernama Rectoverso.
Tapi dia adalah, Madre.”
(Annisa Reswara)

Tagged: , , ,

25 comments:

  1. aku juga telah membaca Madre... sekitar bulan juli lalu, dari sekian cerita di buku itu.. ya hanya si Madre yang menurutku paling "mantap" walaupun ada juga beberapa cerita yang aku suka..

    Hemm.. aku selalu terpesona oleh tulisan2nya Dee dan memiliki minat yang tinggi untuk mempunyai seluruh bukunya.

    salam kenal.. berkunjung ke blog ku juga yaa..:)

    ReplyDelete
  2. Iya, aku juga selalu terpesona dengan karya-karya Dee. Ada sesuatu yang membuat pembaca ikut masuk ke dalam ceritanya. Apalagi Rectoverso. aduhhhh... bagus banget...

    iya salam kenal. ok menuju ke TKP ^^

    ReplyDelete
  3. Iyaaaa, hayukkkk baca Madre, dan temukan sensasi mu sendiri ^^

    ReplyDelete
  4. karya mba DEE memang luar biasa,, pesannya sampai, :)

    ReplyDelete
  5. hu um, karena itu semua orang suka dengan Dee dan tulisannya ^^

    ReplyDelete
  6. "roti putih, roti gandum utuh, bagel, focaccia, pita, baguette, kibbled, roti rye, cibatta, berry, cornmeal, ricotta, semolina"

    Karena Madre,
    aku yang biasanya cuma tahu klo roti itu ya roti keju, susu, coklat, bluberry, stoberry, mocca, tahunya klo roti ya enak, gurih, manis, tanpa tahu jenis2nya sebenernya
    jadi tahu sekarang, karena penasaran lalu googling...
    Terus berkarya Dee!!!

    (Btw betah lho di blog ini, lagunya adem)

    ReplyDelete
  7. @Ayu19_ hahaha, sama. Gara-gara Madre saya juga baru tau kalo roti itu pake ragi :D (g pinter ngaku-ngaku) :D
    iya lagunya emang enak, mendayu-dayu, sering2 berkunjung ya ^^



    @meismylife: hayuuukkkkk beli, rectoverso sejuta kata sejuta cerita berjuta makna. dengarkan bukunya baca musiknya ^^
    btw, terimakasih sudah berkunjung ^^

    ReplyDelete
  8. oh jadi Madre itu adonan roti..
    kunci itu maksudnya resep adalah kunci kelezatan makanan. halah ngarang abis. ahahaha..

    stlah baca review ini jadi makin pengen beli Madre..

    ReplyDelete
  9. @mbak Meutia: iya mbak,harus ^^


    @Irma: iya Madre ternyata adonan roti. ^^....
    hayukkk hayukkk beli buku ini, asli nggak nyesel deh :D

    ReplyDelete
  10. wah! Target selanjutnya setelah pulang kuliah adalah toko buku. Terima kasih membuatku penasaran. haha

    ReplyDelete
  11. Saya belum pernah lho, baca buku2nya Dee. :) *bangga*

    ReplyDelete
  12. kalo gitu, kang Asop kudu baca salah satu di antaranya, pasti nagih ^^ *menghasut**

    ReplyDelete
  13. Saya belum pernah lho dhek.. apa mbak ya *bingung sendiri*

    salam kenal salam kenal..

    dl pas SMA baca bukunya dee, itu juga dipaksa karna harus bikin resensi..

    ReplyDelete
  14. penasaran diawal bacanya, terlena ditengah paragrafnya dan kelelep di akhir cerita....ternyata mung ema'e roti tohh.....tapi ana tetep penasaran ama buku mas/mbak DEE

    ReplyDelete
  15. Saya juga belum pernah baaca..
    lagi baca tafsir kebahagiaan ustadz Jalal nih..
    *sombong.. astagfirulloh*

    Tapi dl pernah baca karya dee yang Perahu Kertas juga Rectoverso. memang apik .

    oia, sudah ana follow.

    ReplyDelete
  16. @Fitri'A panggil nama aja, bikin lebih akrab ^^, kalo udah baca Perahu Kertas dan Rectoverso, hayukk baca Madre. Pasti habis baca akan tergila-gila, hihihi *ups...

    Salam kenal juga mbak ^^, ok segera ku follow balik ^^, tenkyu...


    @Darussalam OKU selatan ow ow, ini kelelep karena baca posting saya atau karena buku Madre?? hehehe,,, pokoknya wajib baca deh ini buku.... ^^

    ReplyDelete
  17. Hmm..berarti ini kumpulan cerita tapi nyambung ya? Kayaknya patut dicoba.

    ReplyDelete
  18. Kumpulan cerita, iya sih....
    tapi nggak nyambung satu sama lain. Madre itu satu judul... dan ada judul-judul yang lain :)

    ReplyDelete
  19. akhirnya karya sang pujangga (ratri) terbit lagi..ahai...saya suka quote terakhirnya..seperti sebuah makanan pencuci mulut yang rasanya tak langsung hilang. Kalau bagi saya Madre membuat saya lapar bukan masalah makanan tentunya tapi esensi dari berkarya itu sendiri..sukses terus..I'm a writer that's what I am...^_^

    ReplyDelete
  20. hahahaha, pujangga katanya. amin ya Rabb...
    quote terakhir penggabungan antara novel2 Dee...

    sukses juga buta kamu mbak.... You are the real writter ^^/, ayeeeeeeeee

    ReplyDelete

Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^