23 July 2011


Malam ini, aku merasa amat merindukan sesuatu. Sesuatu yang sudah lama tidak lagi berdekatan denganku, apalagi bercengkraman. Sesuatu yang jika bersama, akan selalu menimbulkan sebuah kehangatan abadi. Kehangatan yang tak pernah bisa disaingi oleh apapun, kehangatan dari canda tawa, dari wajah-wajah serius, dari derai tangis airmata, dari luapan rasa marah, dan dari wajah-wajah jenuh. Aku rindu. Sesuatu yang kini jauh, hilang, dan selalu kurindukan.

Sesuatu itu terdiri dari mereka. Mereka yang aku sayangi, yang aku cintai, dan yang aku rindui. Mereka yang selalu belajar, selalu peduli, selalu berani, dan selalu berSEMANGAT.

Mereka berada di sebuah tempat yang terbuat dari empat papan berbentuk segi empat. Tidak terlalu lebar, namun nyaman. Tak ada pendingin ruangan, namun kebersamaan sebuah keluarga yang selalu membawa kesejukan. Kadang tak ada pengharum ruangan, namun bau kaos kaki dan sepatu basah sudah menjadi keseharian.

Dari satu pintu reyot, aku menemukan sebuah keluarga. Aku selalu menyebutnya keluarga kedua. Karena di sana aku selalu bisa bercanda, tertawa, dan menangis bersama mereka. Kami tidak berasal dari satu darah, namun kami selalu berusaha menjadi darah yang satu. Menjadi badan yang utuh. Karena ketika satu sisi disakiti, maka seluruhnya akan terasa sakit.

Layaknya lagu yang tengah aku dengarkan kini.

“Tak ada yang abadi. Jiwa yang lama segera pergi, dan siaplah para pengganti.”

Hanya  3,5 tahun, dan itu adalah waktu yang amat singkat untuk bersama mereka. Merasakan bisa berpelukan bahkan beradu jotos dengan mereka. Aku tau, waktu tak akan bisa kembali. Karena itu, malam ini aku membuka lagi album kenangan bersama anak-anak Gita Family, begitu sebutan.

Album yang tidak hanya berisi ketika kami bersenang-senang, namun juga ketika kami berpacu dengan dendam  dan arang. Sambil terus mendengarkan lagu “Tak Ada yang Abadi”. Bagaikan sebuah film dokumenter, kenangan dari awal aku mengenal dunia mahasiswa hingga akhirnya aku di wisuda dengan urut menampakkan scene-nya. Sekilas nampak wajah-wajah itu. Wajah-wajah syahdu yang selalu melingkar dalam kenangan-kenangan bernada rindu.

Mas Rosi, Agus, Momon, Aril, Woro, Lala, Ringgo, dan masih banyak lagi nama lainnya yang setia bersamayam di tiap jengkal langkahku.

Aku rindu kalian kini dan nanti.

“Hidup Pers Mahasiswa!!!!”

Tagged: , , , , ,

0 comment:

Post a Comment

Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^