Harvest Moon

Harvest Moon.

Pernah dengar tentang game yang bernama Harvest Moon. Baru-baru ini saya baru mendengarnya dan baru saja mulai asik memainkannya. Padahal, katanya permainan ini sudah lama ada, tapi di PS. Dan sayangnya saya nggak pernah punya yang namanya PS sampai detik ini. Jadilah beberapa hari lalu saya baru keranjingan Harvest Moon.

Lho, katanya nggak punya PS, kok bisa main Harvest Moon?

Ya iyalah bisa. Kan sekarang jamannya PC. Hehe. Saya googling. Cari Harvest Moon versi PC, dan voilaaaa, ketemuuuuuuuu…

(Photo)

Sebenarnya, kali ini saya bukan mau cerita betapa asiknya memainkan Harvest Moon. Menjadi pemain utama laki-laki yang berusaha mati-matian mengembalikan kejayaan kebun milik pamannya. Tentu bukan itu yang ingin saya ceritakan. Bukan tentang asiknya lari-lari ke bukit, mengambil bamboo, memetik bunga berwarna biru yang katanya bisa jadi obat, kemudian mengikuti taruhan balap kuda yang ternyata saya terus kalah meski udah berulangkali taruhan. Bukan tentang, eitsss… kok saya jadi cerita ya? Hehe

Nggak deh. Saya memang nggak mau cerita tentang keasikan game Harvest Moon. Saya hanya ingin menceritakan makna yang saya dapat ketika bergelut dengan Harvest Moon.

Kalian yang pernah main game ini pasti tau dong si laki-laki itu ngapain aja? Bangun pagi, makan, jam 6 pagi sudah mulai mengerjakan ladangnya, mencambuti rumput, membelah kayu, menyingkirkan batu. Belum lagi ketika dia sudah punya kuda, sapi, ayam, dan masih banyak lagi. Benar-benar harus kerja keras untuk mengembalikan ladang kakeknya seperti sediakala. Padahal, dia juga harus memenuhi banyak acara untuk bergaul dengan masyarakat sekitar. Harus tetap mengu jungi mereka, bertegur sapa, saling memperhatikan, toleran, simpati, dan lain sebagainya.

Then, makna dalam game ini apa?

Game ini mengajarkan tentang kerja keras dan keseimbangan. Maksudnya? Iya. Keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahwa sebagai manusia, kita ini memanglah makhluk sosial. Sesibuk apapun kita dengan dunia kita, kita harus tetap mengenal dunia oranglain, mengerti mereka, saling menolong, harus bertegur sapa meski hanya tersenyum saja, berlaku santun terhadap orang lain.

Yapz, game ini mengajarkan pemainnya untuk mengatur keseimbangan hidup dalam permainan. Sebagai pendatang,  bagaimana dia bisa diterima warga sebagai orang yang baik. Selain itu, keseimbangan lain yang diajarkan disini adalah seorang manusia itu tidak melulu bekerja. Tetapi juga harus beristirahat demi menjaga kesehatannya.

Saya pernah jatuh pingsan di ladang lho, hanya karena kecapekan seharian. Dan saya harus bed rest seharian penuh, jadilah ladang saya terbengkalai.

Lalu tentang kerja keras. Jelaslah kalau itu. Game ini memang benar-benar menyuruh pemainnya untuk bekerja keras demi hasil yang memuaskan.  Lihat aja, ladang yang ditinggalkan penuh dengan batu, rumput liar, kayu berserakan. Dan semuanya harus dibersihkan agar tanah ladang itu bisa ditanami lagi. Ladangnya nggak kecil, tapi luas. Belum lagi harus berusaha mengumpulkan ternak. Seperti kakeknya dulu.

Pokoknya kerja keras deh..

Dan ya memang begitulah hidup. Untuk mencapai sebuah mimpi, kita harus berusaha keras untuk menggapainya. Tidak hanya duduk diam kemudian ajaib mimpi itu bisa terwujud, tapi kita harus action, berusaha keras, membuang jauh rasa malas.

Kalo kata Asma Nadia, NO EXCUSE!!! Nggak ada alasan ini dan itu. Yang terpenting adalah berusaha dulu, masalah apa hasilnya nanti serahkan sama Allah. Toh Dia yang berwenang dalam penentuan hasil. Manusia tinggal lakukan yang terbaik. Kan Allah tidak pernah melirik usaha hambanya.

Betul kan?

-Sekian.