08 January 2012


Dear Senja,

Senja, Kamu begitu indah, atau mungkin terlalu indah, dan aku tidak pernah seindah semburat warnamu di kala sore menjelang. Apa aku pantas menemanimu kala sore ada?

Senja, keindahanmu sepertinya terlalu menyilaukanku. Entah sejak kapan aku selalu suka meresapimu dari kejauhan sambil bersembunyi di balik pohon tak berdaun. Dan kau tau itu.

Senja, aku tau, diantara warna indah yang kau semburkan ke langit sore. Ada satu warna yang selalu ingin kau miliki untuk menemanimu mengantarkan malam, atau mungkin menjemput pagi. Satu warna itu tak pernah kumiliki, dan aku tau itu.

Senja, sore ini aku sedang memandang ke arahmu. Berdiri termangu dan tertegun menikmati indahmu. Aku takut ketika kau tenggelam dan berganti malam, aku takut kehilanganmu ketika malam menjelang. Tapi, bukankah kita pada akhirnya akan kehilangan. Sekarang atau nanti pun tak ada bedanya, hanya masalah waktu saja.

Senja, sore ini, tak seperti biasanya aku tetap bertahan untukmu. Sore ini, aku melangkahkan kakiku ke belakang dengan amat teratur. Mundur selangkah, dua langkah, tiga langkah, sampai beribu langkah ke belakang, kemudian berbalik, berlari, dan hilang.

Senja, butuh waktu untuk mengambil langkah ke belakang. Butuh cara agar langkahku teratur dan tidak terlalu menyakitkan. Tapi, lambat laun, aku akan hilang. Dan kau tak perlu berpikir ke mana kakiku melangkah mundur. Karena tak akan mempengaurhimu, sedikitpun.

Senja, mungkin aku harusnya sadar lebih dalam tentang indahmu, dan tentang indahnya. Dan aku tak perlu membiarkan rasa kagumku akan pendar warnamu tumbuh lebih lama dan tertanam lebih dalam. Harusnya kucukupkan saja sejak awal.

Senja, aku tau, mimpimu adalah dia. Dan meski warna itu berada jauh dari sisimu, tapi tidak dengan hati dan pikirnamu.

Senja, terimakasih telah memberi jeda hatiku untuk bernapas. Aku sudah menyusun satu langkah ke belakang. Semoga langkah keduaku segera menyusul tanpa sakit sedikit pun.

Senja, kau tau? Kau hanya peristiwa sederhana, tapi istimewa untukku.

Terimakasih, Senja.
Tertanda,

Aku

(Photo. rosi-atmaja.blogspot.com)

Tagged: ,

8 comments:

  1. senja mungkin akan berkata kalo dirimu tak ada, siapa yang akan memuji keindahannya, bercerita tentangnya ataupun berkeluh kesah padanya... :)

    ReplyDelete
  2. Senja akan tetap indah tanpa saya sekalipun :)

    ReplyDelete
  3. siapapun pasti mengagumi senja apalagi disaat sang kala kan terbenam,semburat merah,jingga perlahan menghilang berganti malam....:)

    ReplyDelete
  4. Iya, karena itu senja adalah istimewa :)

    ReplyDelete
  5. Kok semua suka senja ya... saya ga suka senja lho. Soalnya dari terang ke gelap. Saya lebih suka subuh, pergantian dari gelap ke terang. ^^

    ReplyDelete
  6. iya,saya juga subuh kq maz asop. Tapi senja itu romantis dan istimewa ^^. Waktu dimana kita semua berhenti tegang bekerja dan melonggarkan otot ^^

    ReplyDelete
  7. dan Senja selalu indah dengan jingganya :D

    ReplyDelete
  8. dan aku tidak akan berhenti mengagumi seluet senja, sejuta kata trus terukir untuk nya....

    ReplyDelete

Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^