foto: rialive.wordpress.com |
“Berangkat saja!”
Aku menengok. Rupanya ibu tengah berdiri di belakangku dan tersenyum. Aku hanya membalas senyumannya dan berpura-pura membenarkan posisi jilbabku.
“Sayang bajunya kan? Sudah dipakai, masa mau dilepas begitu saja.”
Aku kembali tersenyum melihat ibu. Ahh, ibu ini. Apa tidak tau perasaan anaknya. Perasaan yang entah bagaimana cara menggambarnya. Bagai makan buah simalakama, jika aku mundur, aku di cap pengecut, namun jika melangkah maju, aku tidak tau apakah aku bisa menghadapinya.
“Bu, aku…..” kalimatku terhenti ketika terdengar sebuah taxi memasuki halaman rumahku. Aku mengambil nafas dalam, dan beberapa saat menahannya.
“Itu, jemputannya sudah datang. Hati-hati ya.” “Tenang, kamu pasti bisa” bujuk ibu padaku.
Kulepas perlahan nafas yang tadi kutahan, membalikkan badan, dan berjalan pelan. Tak lupa sebelumnya kucium tangan ibu. Meminta restu, sebelum melakukan sesuatu.
Langkah kakiku seperti orang mengendap-ngendap. Amat pelan nyaris hak sepatunya tak bersuara. Pintu taxi kubuka, dan aku duduk di jok belakang.
“Play Grup Al-Hikmah ya, Pak!”
Bismillah. Murid-murid, Ibu guru baru nan cantik datang! batinku. Tersenyum, dan melambaikan tangan pada ibu.
0 comment:
Post a Comment
Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^