Hari ini seperti biasa. Dia masuk dan segera ke rak yogurt. Mengambil satu botol, kemudian menuju ke mejaku untuk membayar dan meminta satu bungkus rokok.
“Hanya ini saja, mas?” pertanyaan standart yang dilontarkan setiap kasir pada pembeli yang akan membayar.
“Iya”
Aku meneruskan pekerjaanku. Memasukkan barang dalam tas plastic putih, kemudian memberikan uang kembalian padanya.
“Silahkan datang kembali!” kalimat standarisasi semua supermarket.
Aku memperhatikannya. Mulai dari dia keluar minimarket hingga dia masuk ke dalam mobil, dan berlalu meninggalkan asap knalpot. Ahh dia orang kaya. Pelanggan supermarket ini. Dan aku hanya seorang kasir yang menghidupi lima orang adik. Lelaki mana yang mau melirik.
Aku tertunduk. Pungguk merindukan bulan. Batinku.
Tak biasanya aku memperhatikan pembeli. Menghafal setiap barang yang dibeli. Ahh mungkin hanya kebetulan saja aku ingat, karena hanya itu-itu saja yang selalu dia beli.
Esoknya dia datang lebih pagi. Aku terkejut. Saat itu aku sedang merapikan barang.
“Pindah bagian, mbak?”
“Oh, nggak mas, ini sedang bantu yang lain.”
“Suka yogurt, mas?”
“Untuk ngimbangi rokok.” Jawabnya sambil tersenyum. “Yogurt emang asam sih, tapi manis juga kadang.” Masih dengan senyum manisnya.
Dia pergi. Meninggalkan jejak manis di minimarket ini. Selalu begitu.
Ya Tuhan, apa yang kupikirkan, dia orang kaya dan aku kasir. Hanya kasir. Mau apa aku ini berfikir seperti itu. Cepat-cepat kutepis pikiriranku tentangnya. Kembali pada rak yang masih kosong. Kembali bekerja.
Hari ini, seharian aku belum mendapati jejak manisnya di sini. Kemana dia? Apa telah membeli di tempat lain? Atau sudah berhenti merokok? Atau… Aku resah menantinya. Menanti seorang pembeli. Konyol. Banyak pembeli yang lain. Untuk apa menunggunya.
Aku kembali fokus pada komputer. Mendaftar list barang yang masih terbengkalai.
“Nggak nyari saya, mbak?” suara itu mengejutkanku. Aku berhenti menulis, menengok pada sumber suara. Dia disana. Berdiri. Tersenyum menatapku.
“Saya pasti datang untuk beli yogurt manis”
Aku menunduk malu. Menghitung barangnya, dan mengemasnya dalam plastik.
“Silahkan datang kembali!” Tersenyum.
0 comment:
Post a Comment
Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^