20 July 2012


Untuk kita yang terlalu malu walau sekadar menyapanya, terlanjur bersemu merah, dada berdegub kencang, keringat dingin di jemari, bahkan sebelum sungguhan berpapasan.  Untuk kita yang merasa tidak cantik, tidak tampan, selalu merasa keliru mematut warna baju dan pilihan celana, jauh dari kemungkinan menggapai cita-cita perasaan. Untuk kita yang hanya berani menulis kata-kata dalam buku harian, memendam perasaan lewat puisi-puisi, dan berharap esok lusa ia akan sempat membacanya.

Semoga pemahaman baik itu dating. Bahwa semua pengalaman cinta dan perasaan adalah spesial. Sama spesialnya dengan milik kita. Tidak peduli sesederhana apa pun itu, sepanjang dibungkus dengan pemahaman-pemahaman yang baik.

(Photo. goodreads.com)
Dua paragraph di atas adalah cuplikan dari penulis  yang tertulis anggun dan agaknya menggetarkan di bagian cover belakang novel. Buku yang saya akan saya bahas kali ini tidak beda jauh dengan yang saya bahas sebelum-sebelumnya. Saya masih suka mengelu-elukan penulis satu ini. Bahwa semua yang dia tulis dalam novelnya selalu membuat pembacanya merenung. Siapa lagi kalau bukan, Tere-Liye.

Lagi lagi Tere-Liye?

Iya. Karena saya suka sekali membaca buku-buku Tere-Liye. Entah sudah berapa buku Tere-Liye yang baca, dan semuanya menyimpan sejuta pesan kehidupan yang terkadang kita tidak pernah sadar.

Buku milik Tere-Liye yang akan saya ceritakan kali  ini berjudul “Berjuta Rasanya”. Saya membelinya 6 Mei 2012 lalu, dan baru saya lahap habis 2 mingguan ini. Kebiasaan buruk memang, suka membeli buku tapi tidak segera membacanya, karena memang masih banyak tagihan buku lain yang harus dibaca.

Covernya berwarna putih dengan gambar sebuah pohon dengan daun  berbentuk hati berwarna-warni. Ada yang menggantung didahan, ada pula yang sudah jatuh terkulai di atas tanah dengan keadaan patah. Covernya saja sudah menggambarkan bermacam rasa.

Yipz, sudah sudah, kembali ke buku Berjuta Rasanya. Dalam bukunya kali ini, Tere-Liye tidak menyuguhkan novel, buku ini lebih tepatnya disebut dengan Kumpulan Cerita. Didalam buku ini, Tere-Liye menghadirkan 15 cerita yang masing-masing kaya akan rasa. Rasa apa saja? Semua rasa ada dalam buku ini. Ada kecewa, cinta, sedih, marah, bingung, galau, tidak peduli, berdebar, takut, antusias, malu, patah hati, kehilangan, dan masih banyak lagi rasa yang ada didalamnya. Mungkin karena itu buku ini diberi judul Berjuta Rasanya.

Saya menyukai ke-15 cerita dalam Berjuta Rasanya. Tapi ada 3 cerita teratas yang paling saya suka, yaitu Cinta Zooplankton, Joni dan Doni, dan yang terakhir adalah Antara Kau dan Aku. Ketiga judul yang saya sebutkan tadi bisa membuat saya akan memiliki rasa sendiri setelah sampai pada akhir cerita. Rasa yang saya tidak bisa mengungkapkannya. Ahh, ya seperti itulah.

Baca saja sendiri, dan kalian akan menemukan rasa yang (mungkin) sulit untuk diterjemahkan oleh kata. Tapi ya seperti itu rasanya.

Apalagi ketika membaca akhir cerita Joni dan doni, ada 1 paragraph yang tiba-tiba bikin sesek. Begini isinya;
Percayalah, hal yang paling menyakitkan di dunia bukan saat kita lagi sedih banget tapi nggak ada satu pun teman untuk berbagi. Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita lagi happy banget tapi justru nggak ada satu pun teman untuk membag kebahagian tersebut.

Nah lho…

Semoga kita selalu dikelilingi orang-orang baik dalam keadaan susah maupun senang ya, kawan…
amin.

Tagged:

1 comment:

  1. hebat ya karya tere liye. novelnya selalu jadi incaran pecinta novel

    ReplyDelete

Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^