23 September 2011

Hari ini, aku menjenguk seorang tetangga yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Mereka dikaruniai Allah seorang bayi perempuan yang cantik. Lucu. Namanya Mega Sukma.

Ketika aku datang tadi, si mungil itu sedang terlelap di atas tempat tidur yang beralaskan selimut lembut. Sepertinya dia sedang dibuai mimpi. Berbulan-bulan dalam perut ibunya, kini dia merasakan angin yang bergantian menyentuhi kulitnya, mendengar suara-suara orang yang bergantian memujinya cantik, lucu, gemuk. Dan lain-lain.

Aku saja yang menjenguk merasakan getaran bahagia, apalagi yang memiliki si mungil itu. Subhanallah. Pasti anugrah. Kalau kata Syahrini “Alhamdulillah, yah! Sesuatu banget si mungil ini.”

Lama kupandangi si kecil yang sedang terlelap. Kecil sekali badannya. Pasti aku dulu juga pernah seperti itu, dulu. 23 tahun lalu. Hihi. Iya, tidak hanya aku. Kalian pasti juga. Kecil, bersih, lucu, mungil, dan kinclong. Rasanya ada rasa bergetar saat itu.

Dulu, waktu sekecil itu. Aku hanya bisa melakukan hal-hal yang dilakukan Mega saat ini. Tidur pulas di atas tempat tidur, dan hanya bisa melihat manusia-manusia asing di sekitarku, kecuali ibuku.

Ibu. Beliau yang dulu berusaha keras melahirkan aku. Mempertaruhkan nyawa, cuma demi aku. Setelah lahir, belum selesai aku menyusahkan ibu, bukan hanya ibu, tapi juga ayahku. Aku yang masih kecil, hanya bisa menangis, meraung. Hanya bisa minta makan, minta susu, minta ini, minta itu.

Ahh, orangtua. Ayah dan ibu. Dua hamba Allah yang sangat mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Yang selalu rela melakukan apapun agar anaknya bahagia. Agar anaknya tidak kurang suatu apapun.Agar anaknya tidak sakit satu hari pun. Cinta kasih mereka sepanjang masa. Semua yang mereka lakukan tercurah hanya untuk anak-anak mereka. Tulus. Bagaimana cara membalas semua membalas itu semua.

Sedangkan kita (anak), kadang tanpa sadar selalu meminta hal-hal yang ada-ada ajaaaa . Kalau tidak dipenuhi saat itu juga, dengan bangganya kita gondok. Hmm, pasti terluka hati kedua orangtua.

Semoga kita termasuk anak-anak yang tidak berbuat yang seperti itu. Meski dulu pernah, semoga sekarang tidak lagi melakukan hal yang seperti itu. Menyakiti hati mereka. Mari kita mencoba membuat mereka senang. Aku yakin mereka tidak meminta banyak. Cukup kita patuh pada mereka, membuat mereka bangga, itu sudah cukup untuk mereka.

Kasih orangtua memang sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah.

Aku jadi ingat dengan posting seorang kawan dalam blognya, tentang orangtua yang rela berkorban untuk anaknya. Kalian bisa baca di sini www.satriyonitiatmojo.com. Semoga bermanfaat ya,

Mari berbakti pada orangtua, kawans!!

“Btw, aku saaaaaaaaaaaaaaaaaaaayang sama ibu dan bapak!!!”

Tagged: , , ,

8 comments:

  1. sekarang cuma punya ibu :)
    tapi itu gak masalah.
    karena beliau adalah seorang bapak dan juga ibu untuk saya.

    Tulisan yang membangun :)

    ReplyDelete
  2. coba posting foto bayinya..
    penasaran..
    hehehehe..
    blognya keren..

    ReplyDelete
  3. jadi ingat orang tua di rumah. kalo yang baca perantau lebih berasa nih kayak saya. :D

    ReplyDelete
  4. @uchank: salam untuk ibu mu y Chank, smga selalu sehat.amin

    @suebs: tenkyu ^^

    @expecto: wah,g ambil fotonya,lg g bawa hape pas itu,hehe

    @ahmad apdy: wah anak perantauan ternyata..

    ReplyDelete
  5. lup u mom..

    habis baca nih entry, jadi kangen ortu :)

    ReplyDelete
  6. Aku lagi marahan dengan orang tua, mungkin tulisan ini akan membuatku luluh hatinya untuk bicara (lagi) dengan meeka :D

    ReplyDelete
  7. @Chilfia: lup yu too **Lhohh?!! hehe, kamu anak gadis yang merantau ya?? wew, hebat uey :)


    @Reza: waaaa, jangan pernah marah sama ortu dung. gak baik. segeralah meminta maap ya, Nak ^^

    ReplyDelete

Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^