12 September 2011

Today is the day. Jantungku berdebar kencang tiap detiknya. Tanganku dingin. Aku gelisah. Inikah rasanya? Grogi atau apa?

Dengan cekatan, tangan-tangan tukang paes manten terus menari berkreasi di wajahku. Berusaha membuat padu sapuan-sapuan make up, agar aku terlihat seperti seorang kleopatra di hari spesial ini.

Hari spesial?

Iya, hari ketika aku akan menjadi halal bagi Satrio. Lelaki yang selalu berhasil membuatku jatuh cinta, tanpa menyisakan sedikit pun untuk orang lain. Hari ketika semua orang ikut bahagia atas pengabadian cinta kami. Hari ketika lembaran baru dalam hidupku akan dimulai.

Kukenakan kebaya putih yang khusus dipersiapkan untuk hari ini. Satrio sendiri yang memilihnya. Dia bukan penyuka warna putih, baginya warna putih itu sepi. Tapi entah untuk urusan satu ini. Dia berubah pikiran.

Perlahan ibu membimbingku ke hadapan penghulu. Satrio belum datang. Dan Rasa gelisahku yang dari tadi bergelayut makin menjadi, meski ibu sudah memegang erat tanganku. Kadang terselip rasa takut. Takut apa? Harusnya aku bahagia bukan takut, pikirku.

"Sudah jam 8.00, kok keluarga Satrio belum datang?" tanya Pakdeku tiba-tiba pada ayah yang juga mulai gelisah sepertiku. Berkali-kali melihat jam tangan, bahkan berlari keluar gedung untuk melihat tanda-tanda kedatangan rombongan keluarga Satrio.

Kini gelisahku lebih menjadi setelah mendengar itu. Ya Allah, lindungi Satrio, bawa dia kemari atas kehendakmu, doaku dalam hati seraya memejamkan mata.

Tak lama, sekitar 15 menit kemudian suara mobil terdengar dari luar. Alhamdulillah, batinku, Satrio datang. Kutundukkan kepala sambil menahan senyum. Aku malu.

Entah, kenapa aku merasa malu. Membayangkan Satrio tengah duduk di sampingku. Melihatku dengan kebaya pengantin putih pilihannya. Dan senyumku pun melebar tak tertahan.

Namun beberapa menit kemudian, aku tak hanya mendengar roda-roda mobil berputar. Suara sirine menyusul. Sirine? Aku tak mengundang polisi atau pejabat tinggi manapun. Sirine apa? Pikirku mulai gelisah lagi.

Tiba-tiba semua tamu menghambur keluar, termasuk penghulu, dan ibu. Aku bingung. Ada apa ini? Aku mengikuti mereka. Kuangkat sedikit kain yang kukenakan, kemudian mempercepat langkahku bersama yang lain.

Dalam bingung, kulihat ayah berdiri di ujung pintu menatapku. Diam. Kemudian ibu memelukku dengan tangisan membahana. Aku semakin bingung. Kulepaskan pelukan ibu, kulangkahkan kaki pelan, membelah kerumunan orang di luar sana. Semua diam. Menatapku dengan tatapan yang tak seharusnya. Dan akhirnya kudapati sebuah ambulans.

Tagged: ,

11 comments:

  1. touching..dan jikalau aku boleh kasih masukan ada salah ketik kleopatra...dan kalimat ini "Dan akhirnya kudapati sebuah ambulans" kurang pas..^_^

    ReplyDelete
  2. terimakasih kritiknya, tapi saya coba search di google, tulisan kleopatra sudah benar seperti itu. Jadi yang lebih benar seperti apa?
    untuk kalimat terakhir, mungkin selera, tapi akan segera diperbaiki. Terimakasih atas kunjungannya. ^^

    ReplyDelete
  3. haaa... sedihh..
    lanjutkan ceritaya.. lanjutkan ukht..

    ReplyDelete
  4. hehe,sedihnya? ^^
    Iya akan menyusul firasat yg lain...
    terimakasih telah berkunjung ^^

    ReplyDelete
  5. bagus banget..
    dengan iringan backsound yg syahdu, pas :)
    kata perkatanya seperti hidup.
    ayo ditunggu lanjutannya.
    apakah berita duka yang menelusup di hari bahagia tokoh "aku"?

    ReplyDelete
  6. ending yang menggantung..
    baguuuuuss..... :D

    selamat untuk seri FF yang baru.. ^^

    ReplyDelete
  7. @Irma: terimakasih banyak ^^, iya iya akan ada Firasat selajutnya. Nantikan yaaaaa *nyeles promosi**


    @Nadia: terimakasih banyakkkk, ditunggu juga FF berseri milik mu selanjutnya, setelah Senja :)

    ReplyDelete
  8. mantap bgt critanya

    ReplyDelete
  9. iyakah? terimakasih...

    terimakasih juga sudah berkunjung ya ^^

    ReplyDelete
  10. Dalam bercerita pun, ternyata apa yang kita rencanakan terkadang tak sesuai dengan kenyataan yang ada....

    ReplyDelete
  11. kadang dalam bercerita, kita sering mengadopsi dari kenyataan yang ada. Dan diabadikan ke dalam bentuk tulisan. Hanya sebagai pengingat, bahwa manusia boleh berencana, tetap Tuhan yang menentukan :)

    ReplyDelete

Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^