Tuhan, jika hari ini aku bertemu dengannya. Apakah kami jodoh?
Pertanyaan paling konyol yang pernah terlintas di otakku.
Aku tak pernah bertemu dia, namun aku sering merindukannya, dan lebih gawat lagi, akhir-akhir ini kurasa aku jatuh cinta.
Tertawa, menggeleng-geleng kepala, menyangkal. Tak mungkin tragedi jatuh cinta terjadi pada dua orang, lebih tepatnya aku, yang hanya berkomunikasi lewat monitor 14 inch. Konyol. Bukankah siapa saja bisa jadi Spiderman di dunia maya? Mungkin terlalu sering berjejaring sosial menjadikanku sedikit autis.
Hari ini aku pergi ke toko buku. Stok bacaanku sudah habis, dan harus segera kuisi ulang. Tiba-tiba wajah dingin itu berkelebat. Aku mematung. Wajah di foto profilnya memang dingin, tapi sikapnya hangat. Caranya bertutur dan berpikir. Aku suka.
Teringat dia menanyakan beberapa judul buku padaku seminggu lalu. Mungkin bisa kucarikan, pikirku.
Langkahku melenggang pelan menaiki anak tangga pertama. Kuperhatikan sebuah judul buku yang masuk list pertanyaannya. "Madre" karya terbaru Dewi Lestari. Ku ambil buku itu, kudekap. Mungkin aku bisa berbagi cerita dengannya setelah melahap buku ini.
Kulanjutkan langkahku ke lantai dua. Tempat dimana semua buku best seller hingga worst seller bertempat. Bulu romaku meremang. Efek ini yang selalu terjadi tiap aku memasuki toko buku. Melihat ratusan buku, membuatku matre. Ingin memiliki semuanya.
Pandanganku menyapu seluruh ruang. Tak padat. Tenang. Dan Dingin.
Dingin?
Ku edarkan lagi pandanganku. Memastikan itu bukan dia.
Dia si wajah dingin, namun berperangai hangat dari kota dingin.
Aku tertetegun. Menatapnya dari jarak 5 langkah. Aku memang belum pernah bertemu dia. Tapi hati dan mataku yakin, lelaki yang berdiri di depan rak bertuliskan 'Novel' itu, dia.
Tuhan, pertanyaanku tadi hanya gurauan. Apakah kau seserius itu menjodohkan aku dengannya?
Pertanyaan paling konyol yang pernah terlintas di otakku.
Aku tak pernah bertemu dia, namun aku sering merindukannya, dan lebih gawat lagi, akhir-akhir ini kurasa aku jatuh cinta.
Tertawa, menggeleng-geleng kepala, menyangkal. Tak mungkin tragedi jatuh cinta terjadi pada dua orang, lebih tepatnya aku, yang hanya berkomunikasi lewat monitor 14 inch. Konyol. Bukankah siapa saja bisa jadi Spiderman di dunia maya? Mungkin terlalu sering berjejaring sosial menjadikanku sedikit autis.
Hari ini aku pergi ke toko buku. Stok bacaanku sudah habis, dan harus segera kuisi ulang. Tiba-tiba wajah dingin itu berkelebat. Aku mematung. Wajah di foto profilnya memang dingin, tapi sikapnya hangat. Caranya bertutur dan berpikir. Aku suka.
Teringat dia menanyakan beberapa judul buku padaku seminggu lalu. Mungkin bisa kucarikan, pikirku.
Langkahku melenggang pelan menaiki anak tangga pertama. Kuperhatikan sebuah judul buku yang masuk list pertanyaannya. "Madre" karya terbaru Dewi Lestari. Ku ambil buku itu, kudekap. Mungkin aku bisa berbagi cerita dengannya setelah melahap buku ini.
Kulanjutkan langkahku ke lantai dua. Tempat dimana semua buku best seller hingga worst seller bertempat. Bulu romaku meremang. Efek ini yang selalu terjadi tiap aku memasuki toko buku. Melihat ratusan buku, membuatku matre. Ingin memiliki semuanya.
Pandanganku menyapu seluruh ruang. Tak padat. Tenang. Dan Dingin.
Dingin?
Ku edarkan lagi pandanganku. Memastikan itu bukan dia.
Dia si wajah dingin, namun berperangai hangat dari kota dingin.
Aku tertetegun. Menatapnya dari jarak 5 langkah. Aku memang belum pernah bertemu dia. Tapi hati dan mataku yakin, lelaki yang berdiri di depan rak bertuliskan 'Novel' itu, dia.
Tuhan, pertanyaanku tadi hanya gurauan. Apakah kau seserius itu menjodohkan aku dengannya?
semoga...
ReplyDeletewow.. mengalir... mantap!!!
haha, kenapa kalo komen pasti ada kata 'semoga'?hihihi
ReplyDeletemengalir? hehe, terimakasih. ^^haha, kenapa kalo komen pasti ada kata 'semoga'?hihihi
mengalir? hehe, terimakasih. ^^