Ini bukan sebuah cerita pendek, juga bukan flash fiction yang biasanya aku upload. Ini tentang ceritaku hari ini. Cerita tentang pertemuanku dengan seseorang di masa lalu. Sudah enam tahun kami tidak bertemu, dan hari ini Allah mempertemukan kami.
“Berlebihan!” kata hati kecilku.
“Mungkin. Tapi entah, ada rasa bahagia yang menyusup ketika melihatnya di balik meja komputer bagian pencatatan data di SIM Corner tadi pagi.”
Dia bernama Bagus Angga Prasetyo, lahir 22 Agustus 1987. Ahh, aku memang tidak pernah lupa dengan tanggal lahir mas Angga, panggilannya. Seorang siswa yang aktif dan menyukai tantangan. Di sekolah, dulu, dia tergabung dalam kelompok Paskibra sekolah, dan organisasi pecinta alam. Dan di situ, dia sekaligus menjadi ketuanya.
Jadi ingat, waktu itu upacara bendera. Kelasku selalu berbaris sejajar dengan kelasnya. Hihi, Senang rasanya. Hari Senin adalah hari yang paling kunanti selama seminggu, dan jika tidak ada upacara bendera, ada sedikit rasa kecewa. Karena aku tidak bisa mencuri-curi pandang ke arahnya.
“Ganjen sekali kamu!”
“Hahaha, biasa anak SMA. Diamlah,dan biarkan aku berceloteh tentang mas Angga!”
Aku tidak akan pernah bisa melupakan wajahnya yang lumayan dan matanya yang begitu tajam. Sekali lirik, mungkin bisa membelah sebuah apel menjadi dua bagian. Aku suka matanya. Entahlah. Meski pandangannya dingin, bahkan amat dingin. Tapi aku suka dengan matanya.
Namun sayang, dia anak kelas tiga, dan aku anak kelas dua. Setelah dia lulus lebih dulu, tak ada lagi cerita tentang dia. Tak ada lagi hari Senin mengesankan yang biasanya terjadi sebelumnya. Tak ada senyum malu-malu kucing setiap tak sengaja berpapasan di lorong sekolah, dan tak ada lagi dada berdebar setiap melewati depan kelasnya. Selesai.
Sejak saat itu, aku mulai membuang jauh bayangan mas Angga. Namun, aku selalu tertarik dengan nama, Angga. Dan sempat berkeinginan akan memberi anakku nanti dengan nama Angga. Kata orang, Angga itu berarti air. Dan air bermanfaat, serta dibutuhkan oleh semua makhluk di muka bumi ini. Baik kan artinya?
Kadang merasa aneh, tapi tak apa-apalah, toh itu hanya memberikan nama yang sama kan?!
Yang lebih aneh lagi, selepas SMA, aku selalu melihat mata setiap orang bernama Angga yang aku kenal. Apa mereka juga memiliki mata yang tajam serta dingin? Atau mungkin malah sebaliknya, teduh dan mengayomi? Hehe. Entah ya. Tapi ada seorang temanku lagi bernama Angga, dia juga memiliki mata yang tajam. Apa semua Angga itu bermata tajam? Wallahu’alam.
Dan hari ini, ketika aku bertemu dengan Mas Angga di SIM Corner. Matanya masih sama dengan yang dulu. Namun bedanya, kini dua bukan lagi siswa SMA bermata tajam, namun sudah menjadi seorang polisi dengan kedua matanya yang amat tajam menembus awan.
Tapi sayang sekali, hari ini aku bahkan tidak sempat menyapanya. Aku keburu grogi. Sumpah. Tanganku tiba-tiba dingin. Meng-candid fotonya saja, tanganku bergetar, jadi hasil fotonya tadi buram. Ya, lumayanlah.
Hehehe.
Itu sedikit ceritaku. Semoga mas Angga menjadi polisi yang benar-benar mengayomi masyarakat. Amin.
0 comment:
Post a Comment
Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^