Banjir. Merupakan sebuah ritual yang amat sangat luar biasa di Ibu Kota Indonesia, Jakarta. Saking biasanya, sekarang banyak daerah-daerah lain yang mengikuti jejak ritual tersebut. Ritual menyambut banjir.
Lihat saja di televisi. Banyak berita yang mengabarkan tentang daerah-daerah yang tergenang air tidak diundang ini. Di Tuban, Madura, dan tempat lainnya.
Salah siapakah ini?
STOP mencari tersangka untuk dijadikan terdakwa masalah banjir. Coba bercermin!!!
Masih ingat kan, air memiliki sifat menempati ruang. Air mengikuti kemana aliran membawanya. Jika disana ada ruang kosong dan mengalir, pastilah air lebih pilih tempat yang sebebas itu. Tidak hanya manusia yang ingin bebas, air pun juga begitu.
Lalu, kenapa BANJIR?
Ahh, kenapa masih bertanya? Lupakah kalian ketika menjadi amat sangat ringan tangan?
RINGAN TANGAN?
Banjir sangat suka singgah di daerah yang padat penduduk. Mengapa? Karena tingkah polah penduduk itu sendiri yang mengundang banjir. Why not? Baru saja tadi saya melihat seseorang yang dengan amat santai, membuat satu plastik bekas tempat makanan di jalanan. Apa tidak bisa dia menyimpan plastic itu dulu, lalu mencari tempat sampah untuk membuangnya? Iya, memang hanya satu plastic, namun itu dari satu orang. Ada berapa banyak orang yang ringan tangan seperti itu? BANYAK.
Dilain tempat, saya juga pernah menjumpai orang yang membuang sampah satu tas plastik penuh ke dalam sungai. Wow, bisa dibayangkan kan? Jika sebagian besar penduduk memiliki polah sama seperti itu, ya jangan pernah mengeluh jika banjir bertandang untuk sekedar menyapa.
Air banjir juga bingung mau kemana kalau banyak sampah yang memenuhi sungai. Tak usah ambil pusing, karena sungai yang seharusnya menjadi tempat mereka mengalir sudah dipenuhi manusia dengan sampah, maka mereka mengambil alih jalan dan sekitarnya untuk menjadi tempat transit.
Terlebih, daerah yang padat penduduk, pasti juga padat akan pemukiman. Petak-petak sawah saja sudah dirubah menjadi deretan rumah beton berpagar. Tidak berlomba-lomba membuat penghijauan, tapi malah berebut tender terbesar.
Belum lagi pemerintah yang melakukan gerakan penghijauan palsu. Di kota saya, gerakan penghijauan kota dilakukan ketika sudah mau tutup periode. Taman-taman dibuat seindah mungkin. Entah tujuannya apa? Tapi menurut saya, untuk menghabiskan dana sisa periodenya. Sekaligus menanam image, bahwa dia adalah pemimpin yang peduli lingkungan.
Maka dari itu, ayolah bercermin. Apa kita sudah bisa menjaga lingkungan untuk menghindari ritual penyambutan banjir.
Benar saja kalau banjir amat CINTA DAN SETIA menghampiri, lha wong kita TERBIASA mengisi penuh tempat air harusnya mengalir.
banjir emang cinta dan setia sama kita, bahkan mungkin menggilai kita, dan tanpa sadar sebenarnya kita sendirilah yang membuatnya begitu, meski sebenarnya kita tak ingin..
ReplyDeletenice posting..keep writing.. ^^
cekidot juga ya.. ^^
http://dynadia.lenteradsign.com/
ayokkkkk, cegah banjir bukan dengan saling menyalahkan, namun saling menjaga :D
ReplyDelete