Dear My Sins Prince,
Taukah kau? Beberapa hari ini, angin malam terasa begitu dingin, dan dingin ini begitu menusuk tulang-tulangku. Mungkin karena hujan yang tak tentu atau tulang-tulang ini mulai menua. Tetapi semua itu tak lebih dingin dibandingkan dengan sikapmu ketika awal kita bertemu. Begitu dingin dan angkuh, matamu yang tajam memancarkan aura sok kuasa. Hahahaha, rasanya aku ingin tertawa jika mengingat kejadian itu, kejadian yang membuat aku amat tak suka denganmu. Tiap kali kau lewat di depanku, seluruh bulu romaku bergidik, aku tak suka kau berkeliaran di sana.
Ingatkah ketika kita mulai mengenal?? Iyaaa, hanya layar datar berisi tulisan yang menghubungkan kita. Semua gambaran buruk tentang dirimu yang angkuh dan dingin, runtuh seketika. Kau tidak seperti itu, bagai dua kutub yang amat berbeda. Dan sepertinya aku mulai mengenalmu.
Prince, kau pasti sadar bahwa keelokanmu telah membuat banyak gadis-gadis di sana terlena. Tak terkecuali aku saat itu. Tak hanya paras, namun tutur katamu pun begitu. Semakin lama aku mengenalmu, semakin nyaman aku berkawan denganmu. Iya berkawan saja. Karena ternyata kau adalah seorang pendengar setia, pemikir pandai, pentutur bijak, dan pengobar semangat.
Prince, aku memuji parasmu, aku mengakui kepandaianmu, namun saat itu aku hanya ingin berkawan saja denganmu, tak ingin lebih atau pun kurang. Cukup bagiku mengenalmu dari layar datar itu, sebagai kawan, tempat saling bercerita satu sama lain. Meski kau tak begitu terbuka, namun entah sadar atau tidak, hal terburuk darimu sekali pun kau ceritakan padaku. Dan aku senang, karena aku merasa dipercaya untuk menjaga rahasiamu. Teruslah begitu, Prince!!^^
Waktu berjalan, dan kita masih terhubung melalui layar datar itu, meski sudah mulai jarang . Minimal aku menyapamu, dan kau menyapaku. Tidak lagi bercerita tentang diriku atau dirimu. Hanya sedikit canda yang sebenarnya garing. Dan aku mulai merasa jauh darimu. Sepertinya ada kejenuhan karena terus berbincang denganku. Kadang aku tidak terima karena kau jauh, tapi kadang aku sadar akan kejenuhan itu.
Prince, taukah kau?? Terkadang aku bingung dengan sikap protesku Karena kau jauh, dan akhir-akhir ini aku amat sering merindukanmu. Ada kenyamanan yang aku temukan ketika bertukar pikiran denganmu, dan sepertinya ada hati yang diam-diam telah terbawa olehmu. Entah berapa lama hati ini telah terbawa, dan terkadang aku mencuri kata sayang untukmu.
Prince, maaf jika perasaan ini salah. Mungkin aku telah mencinta seiring dengan berjalannya waktu, namun kuyakini ini bukan karena parasmu, melainkan rasa nyaman bersamamu. Seharusnya perasaan ini tak ada, karena kita hanya berkawan saja, selamanya.
Terimakasih untuk kenyamanan yang ada, meski aku mencinta, selamanya kau hanya kawan, dan tetaplah menjadi Prince yang dulu, saat awal mengenalku, meski kau tau rasa ini ada untukmu. Namun tenanglah, Prince! Rasa ini hanya sementara, dan akan lenyap secepatnya. (mungkin). ^^
“I know, it’s sins, cause you are my friend, cause you are my brother”
"I will always in a longing with you"
Sidoarjo, 19 Juli 2010 – for you that far from here.
Taukah kau? Beberapa hari ini, angin malam terasa begitu dingin, dan dingin ini begitu menusuk tulang-tulangku. Mungkin karena hujan yang tak tentu atau tulang-tulang ini mulai menua. Tetapi semua itu tak lebih dingin dibandingkan dengan sikapmu ketika awal kita bertemu. Begitu dingin dan angkuh, matamu yang tajam memancarkan aura sok kuasa. Hahahaha, rasanya aku ingin tertawa jika mengingat kejadian itu, kejadian yang membuat aku amat tak suka denganmu. Tiap kali kau lewat di depanku, seluruh bulu romaku bergidik, aku tak suka kau berkeliaran di sana.
Ingatkah ketika kita mulai mengenal?? Iyaaa, hanya layar datar berisi tulisan yang menghubungkan kita. Semua gambaran buruk tentang dirimu yang angkuh dan dingin, runtuh seketika. Kau tidak seperti itu, bagai dua kutub yang amat berbeda. Dan sepertinya aku mulai mengenalmu.
Prince, kau pasti sadar bahwa keelokanmu telah membuat banyak gadis-gadis di sana terlena. Tak terkecuali aku saat itu. Tak hanya paras, namun tutur katamu pun begitu. Semakin lama aku mengenalmu, semakin nyaman aku berkawan denganmu. Iya berkawan saja. Karena ternyata kau adalah seorang pendengar setia, pemikir pandai, pentutur bijak, dan pengobar semangat.
Prince, aku memuji parasmu, aku mengakui kepandaianmu, namun saat itu aku hanya ingin berkawan saja denganmu, tak ingin lebih atau pun kurang. Cukup bagiku mengenalmu dari layar datar itu, sebagai kawan, tempat saling bercerita satu sama lain. Meski kau tak begitu terbuka, namun entah sadar atau tidak, hal terburuk darimu sekali pun kau ceritakan padaku. Dan aku senang, karena aku merasa dipercaya untuk menjaga rahasiamu. Teruslah begitu, Prince!!^^
Waktu berjalan, dan kita masih terhubung melalui layar datar itu, meski sudah mulai jarang . Minimal aku menyapamu, dan kau menyapaku. Tidak lagi bercerita tentang diriku atau dirimu. Hanya sedikit canda yang sebenarnya garing. Dan aku mulai merasa jauh darimu. Sepertinya ada kejenuhan karena terus berbincang denganku. Kadang aku tidak terima karena kau jauh, tapi kadang aku sadar akan kejenuhan itu.
Prince, taukah kau?? Terkadang aku bingung dengan sikap protesku Karena kau jauh, dan akhir-akhir ini aku amat sering merindukanmu. Ada kenyamanan yang aku temukan ketika bertukar pikiran denganmu, dan sepertinya ada hati yang diam-diam telah terbawa olehmu. Entah berapa lama hati ini telah terbawa, dan terkadang aku mencuri kata sayang untukmu.
Prince, maaf jika perasaan ini salah. Mungkin aku telah mencinta seiring dengan berjalannya waktu, namun kuyakini ini bukan karena parasmu, melainkan rasa nyaman bersamamu. Seharusnya perasaan ini tak ada, karena kita hanya berkawan saja, selamanya.
Terimakasih untuk kenyamanan yang ada, meski aku mencinta, selamanya kau hanya kawan, dan tetaplah menjadi Prince yang dulu, saat awal mengenalku, meski kau tau rasa ini ada untukmu. Namun tenanglah, Prince! Rasa ini hanya sementara, dan akan lenyap secepatnya. (mungkin). ^^
“I know, it’s sins, cause you are my friend, cause you are my brother”
"I will always in a longing with you"
Sidoarjo, 19 Juli 2010 – for you that far from here.
0 comment:
Post a Comment
Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^