Sudah sejak tadi Listrik kampungku dipadamkan. Kulihat dari dalam kamar sepertinya di luar sana sedang hujan, dan malam ini aku tak mau sendirian. Aku berharap akan datangnya seorang teman, menemaniku dalam kesepian, membuat banyak gurauan, dan berakhir dengan obrolan hangat tentang percintaan.
Aku tidak suka jika listrik mulai dipadamkan. Sebenarnya, aku takut kegelapan, karena dikala gelap aku selalu membayangkan hal yang bukan-bukan. Seperti bayangan putih berkeliaran, iya, aku selalu berimajinasi tentang setan, bau kemenyan, pocongan, dan kuntilanak yang asik cekikikan. Hufft, mengerikan bukan??!! Maka dari itu, aku tidak suka kegelapan, kesunyian, dan terlebih lagi setan.
Aku lebih suka dengan suasana yang terang, penuh keceriaan, kegembiraan, warna-warni senyuman, dan kehangatan. Semua itu akan kudapatkan, jika aku bersama dengan keluarga dan juga teman-teman. Bersama mereka akan kudapatkan pelukan, ciuman, kasih sayang, kehangatan, persaudaraan, serta persahabatan. Mengasikan bukan??!
Tapi mungkin, pemadaman kali ini hanya akan tanpa teman, karena sudah sejak sore listrik mulai dipadamkan hingga entah sampai kapan, dan ingat, di luar sana sedang hujan. Dan seperti sebuah perlombaan, petir terus menyambar secara bergantian. Sumpah, aku dicekam ketakutan.
Sebenarnya ada alasan lain yang tidak ku suka dari pemadaman. Karena aku juga akan teringat pada banyak cucian, setrikaan, dan kerjaan lain yang belum terselesaikan. Owh, betapa kasiannnn…… “Wahai orang pemerintahan, kenapa listrik hari ini kau padamkan?? Ayoo..cepat nyalakan, banyak yang belum kuselesaikan!!”
Sepertinya kini aku mulai bosan, dan kucoba membuka Hape untuk mengalihkan perhatian. Biasalah, sebagai anak muda yang tidak ketinggalan jaman, aku mulai fesbukan. Ada satu pemberitahuan, seorang teman menandaiku dalam sebuah catatan. Kucoba baca perlahan, ternyata isinya tentang percintaan. Dan kini aku mulai membayangkan dia yang mungkin juga seperti aku, sedang kedinginan.
Baru saja kurasakan nyaman dalam kegelapan setelah membaca sebuah catatan. Tiba-tiba ada suara ketukan yang mengagetkan. Sudah sekitar jam sepuluhan. Apakah dia orang atau setan?? Ohh..Tuhan!!! kenapa harus ada ketukan tengah malam. Awalnya aku tak ingin menghiraukan, tapi mungkin saja ada tetangga yang mengirimkan makanan.
Kulangkahkan kaki dalam kegelapan. Kubuka pintu dengan perlahan, dan ternyata orang di balik pintu adalah Pak Iwan. Tetanggaku, seorang tua yang memang ditugasi kedua orangtuaku untuk menjaga rumah seharian. Ohhh, akhirnya aku dapat teman, meskipun tidak seumuran, tapi lumayan, daripada sendirian.
Meski tua, ternyata Pak Iwan tidak ketinggalan jaman. Dia upadate dengan berita-berita pemerintahan, dan juga gossip terdepan. Mengobrol dengannya membuatku tidak merasa bosan, karena dia membuat banyak sekali gurauan, dan tidak lupa dia menceritakan kisah percintaan di kala dia masih berumur belasan. Sungguh menyenangkan!!!
Terimakasih Tuhan, untung ada Pak Iwan. Setidaknya aku tidak sendirian, di malam yang sedang diguyur hujan, dan diantara listrik yang dipadamkan.
Minggu, 24 Januari’10 (5.31 p.m)
Aku tidak suka jika listrik mulai dipadamkan. Sebenarnya, aku takut kegelapan, karena dikala gelap aku selalu membayangkan hal yang bukan-bukan. Seperti bayangan putih berkeliaran, iya, aku selalu berimajinasi tentang setan, bau kemenyan, pocongan, dan kuntilanak yang asik cekikikan. Hufft, mengerikan bukan??!! Maka dari itu, aku tidak suka kegelapan, kesunyian, dan terlebih lagi setan.
Aku lebih suka dengan suasana yang terang, penuh keceriaan, kegembiraan, warna-warni senyuman, dan kehangatan. Semua itu akan kudapatkan, jika aku bersama dengan keluarga dan juga teman-teman. Bersama mereka akan kudapatkan pelukan, ciuman, kasih sayang, kehangatan, persaudaraan, serta persahabatan. Mengasikan bukan??!
Tapi mungkin, pemadaman kali ini hanya akan tanpa teman, karena sudah sejak sore listrik mulai dipadamkan hingga entah sampai kapan, dan ingat, di luar sana sedang hujan. Dan seperti sebuah perlombaan, petir terus menyambar secara bergantian. Sumpah, aku dicekam ketakutan.
Sebenarnya ada alasan lain yang tidak ku suka dari pemadaman. Karena aku juga akan teringat pada banyak cucian, setrikaan, dan kerjaan lain yang belum terselesaikan. Owh, betapa kasiannnn…… “Wahai orang pemerintahan, kenapa listrik hari ini kau padamkan?? Ayoo..cepat nyalakan, banyak yang belum kuselesaikan!!”
Sepertinya kini aku mulai bosan, dan kucoba membuka Hape untuk mengalihkan perhatian. Biasalah, sebagai anak muda yang tidak ketinggalan jaman, aku mulai fesbukan. Ada satu pemberitahuan, seorang teman menandaiku dalam sebuah catatan. Kucoba baca perlahan, ternyata isinya tentang percintaan. Dan kini aku mulai membayangkan dia yang mungkin juga seperti aku, sedang kedinginan.
Baru saja kurasakan nyaman dalam kegelapan setelah membaca sebuah catatan. Tiba-tiba ada suara ketukan yang mengagetkan. Sudah sekitar jam sepuluhan. Apakah dia orang atau setan?? Ohh..Tuhan!!! kenapa harus ada ketukan tengah malam. Awalnya aku tak ingin menghiraukan, tapi mungkin saja ada tetangga yang mengirimkan makanan.
Kulangkahkan kaki dalam kegelapan. Kubuka pintu dengan perlahan, dan ternyata orang di balik pintu adalah Pak Iwan. Tetanggaku, seorang tua yang memang ditugasi kedua orangtuaku untuk menjaga rumah seharian. Ohhh, akhirnya aku dapat teman, meskipun tidak seumuran, tapi lumayan, daripada sendirian.
Meski tua, ternyata Pak Iwan tidak ketinggalan jaman. Dia upadate dengan berita-berita pemerintahan, dan juga gossip terdepan. Mengobrol dengannya membuatku tidak merasa bosan, karena dia membuat banyak sekali gurauan, dan tidak lupa dia menceritakan kisah percintaan di kala dia masih berumur belasan. Sungguh menyenangkan!!!
Terimakasih Tuhan, untung ada Pak Iwan. Setidaknya aku tidak sendirian, di malam yang sedang diguyur hujan, dan diantara listrik yang dipadamkan.
Minggu, 24 Januari’10 (5.31 p.m)
Aseekk.. sedikit mengkritik heeeh..
ReplyDeleteberkunjung juga yah..
http://angga10bie.blogspot.com/
Masih newbie kak dlm blogging .
ok ok, menuju ke TKP ^^
ReplyDeleteNgomong-ngomong di luar cerita ini, mbaknya nulis cerita ini bagaimana? Pake laptop? kalo pake laptop itu nggak masalah, tapi matanya itu lho, hati-hati nulis gelap-gelapan, nanti matanya bisa rusak trus jadi bisa ngelihat setan!!!!!!!! hehe...
ReplyDeleteTenang Pak Pos, saya nulisnya pake laptop di bawah sinar bulan purnama. Jadi nggak gelap2 amat, dan nggak ada setan :P
ReplyDelete