(Photo By. ceriaaufiary.blogspot.com) |
9 Summers 10 Autumn "Dari Kota Apel ke The Big Apel".
Pernah mendengar judul buku ini? Pasti
pernah. Entah sejak kapan saya sudah selesai membacanya. Yang saya ingat adalah
saya pernah bilang pada penulisnya Iwan Setyawan untuk menulis reviewnya. Janji
sejak kapan itu ya? Ahhh, emang dasar pemalas.
Setelah saya baca habis isinya, merekam semua pesannya. Kemudian buku ini
berkumpul bersama yang lain di lemari. Belum sempat saya review. Tapi malam
ini, saya akan bercerita tentang isi buku ini. Semoga saya masih ingat
bagaimana isinya.Buku ini ditulis oleh Iwan Setyawan, penulis yang asli Batu, Jawa Timur ini mengisahkan tentang dirinya sendiri. Sebuah kisah yang inspiratif, yang membuat kita akan merasa malu ketika membacanya. Iwan, berasal dari keluarga yang tidak berada. Sebuah rumah kecil 7x6 meter, seharga Rp 40ribu yang berada di dalam sebuah gang. Dikaki gunung Panderman. Disana Iwan hidup bersama Bapak, Ibu, Mbak Isa, Mbak Inan, Mbak Rini, dan adiknya Mira.
Bicara tentang Gunung Panderman, saya sudah lama tinggal di Sidoarjo. Berkali-kali melewati Kota Batu, tapi setelah membaca novel ini kemudian saya tau bahwa ada gunung yang bernama Gunung Panderman.
Ayahnya hanyalah seorang sopir, berapalah gaji seorang sopir namun bisa menyekolahkan kelima anaknya, dan ibunya bekerja serabutan. Namun, kalian tau? Jangan pernah menilai seseorang dari pekerjaannya. Meski hanya seorang sopir dan pekerja yang serabutan, mereka menghadirkan banyak kekuatan dan keyakinan. Bahwa suatu saat nanti awan mendung di atas rumah akan segera sirna.
Dibagian ini, saya jadi teringat dengan kedua orang tua saya. Ya Allah, betapa mereka sudah melakukan banyak hal untuk saya, betapa mereka mencintai saya, tapi saya, apa yang sudah saya berikan untuk mereka?
Sudah, sudah, mari kembali ke cerita. Hmmm, rasanya terlalu panjang kalau saya harus bercerita semuanya. Yang ingin saya katakan adalah bahwa semua yang kita impikan pasti bisa tercapai asalkan ada kemauan, ada niat, kemudian action. Begitulah yang dilakukan Iwan, ketika dia hampir patah, dia selalu bangkit lagi, tidak berlarut-larut dalam kegagalan. Dia membuktikan bahwa sebuah mimpi pasti bisa terwujud, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Asal dengan keyakinan, keteguhan, doa, dan kerja keras. Seperti quote di dalamnya “Impian haruslah menyala dengan apapun yang kita miliki, meskipun yang kita miliki tak sempurna, meskipun itu retak-retak”
Jangan pernah takut akan gagal, tidak bisa, karena “Kegagalan ataupun keberhasilan sebuah proses adalah dimensi lain yang akan melahirkan pelajaran baru untuk proses selanjutnya.”
Terimakasih mas Iwan sudah menuliskan kisahnya, agar bisa dibaca banyak orang diluar sana. Bahwa keberhasilan itu membutuhkan usaha, tekad, dan doa yang kuat. Satu lagi, jangan pernah berani pada orangtua, karena ridho orangtua adalah ridho Allah.
Kalau mas Iwan yang orang Batu saja bisa, saya yang tetangganya Kota Sidoarjo Juga bisa pastinya. Amin, InsyaAllah.
0 comment:
Post a Comment
Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^