09 August 2011

08 Agustus 2008. Hari Jum’at tanpa mendung, langit cerah, dan matahari bersinar dengan cerianya. Seperti biasa, aku berangkat ke kampus bersama dengan salah seorang teman kos yang satu jurusan denganku.

Tak ada perasaan apa-apa. Semua baik-baik saja. Bahkan aku sempat menyapa seorang anak kos baru yang sedang berdiri sendiri di balkon rumah kosku. “Hai, Mbak Dina!” sapaku ramah seraya melempar senyuman.

Gadis itu juga membalasnya dengan senyum yang amat ramah. Iya, namanya Dina. Setidaknya itulah pengakuannya ketika berkenalan. Seorang anak kos baru yang genap seminggu tinggal di situ. Dia mengambil kamar sendiri di bagian paling depan tingkat atas. Sama seperti kamarku, berada di tingkat atas, namun kamar kami berjauhan.

Dia mengaku bekerja di sebuah Apotik di dekat Supermarket Yakaya. Mbak Dina ini begitu pendiam, mungkin juga tertutup. Pembantu kos saja dilarang membersihkan kamarnya dan mencuci bajunya, padahal itu merupakan fasilitas yang diberikan di sana.

Hari itu semua berjalan sempurna. Aku menjalani rutinitas kampus seperti biasa. Seharian bencengkraman dengan dosen dan mahasiswa lain, kemudian menyegarkan otak di Giri Loka, tempat semua UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) berkumpul, biasanya bisa sampai malam aku di kampus.

Semua baik-baik saja, karena memang seperti itu biasanya. Tentang keadaan rumah kos, aku rasa aman, tak pernah ada kejadian kriminal di sana, apalagi kejadian mesum. Tak akan pernah ada. Pintu kamar selalu aku biarkan dalam keadaan tidak terkunci, tapi pintunya tetap tertutup. Di sana, jam malam dibatasi sampai pukul 22.00 WIB. Lewat dari jam itu, silahkan mencari tempat menginap lainnya. Dan laki-laki DILARANG KERAS masuk ke dalam rumah.

Waktu menunjukkan jam lima sore, ketika seorang teman meminta sebuah data milik UKM padaku. Tidak terasa ya? Memang UKM selalu membuat lupa waktu. Di sana bukan tempat bersenang-senang, namun memang tempat yang amat menyenangkan bagi siapa saja yang menyukainya. Termasuk aku.

Kemudian aku pulang ke rumah kos untuk mengambil data di dalam laptop. Seperti biasa, semua aman, tidak ada kehebohan. Semua barang di dalam kamar masih sama pada tempatnya semula, termasuk laptop yang ada di atas meja.

Setelah mengambil data, aku bergegas kembali ke kampus (UKM). Maklum, data yang aku ambil tadi, sudah ditunggu.

Masih dengan perasaan yang nyaman, aman, dan tentram. Laptop tetap kuletakkan di atas meja, pintu kamar juga seperti biasanya, tidak kukunci. Namun sayang, ponsel gsmku ketinggalan di dalam kamar. Aku ingat waktu itu ponsel kuletakkan di atas tempat tidur. Mungkin karena buru-buru, jadi aku lupa mengambilnya kembali. Tak apalah, nanti juga ketemu lagi, batinku.

Waktu menunjukkan jam delapan malam lebih sedikit. Rapat UKM. Aku mengikuti rapat dengan khitmad, semua pikiran fokus pada rapat. Hingga ponsel cdma ku berbunyi. Sebuah sms dari teman kosku masuk. Isinya “Rat, kamu barusan pulang?”. Sayang sekali, ponselku yang satu ini kosong pulsa, jadi aku tidak membalasnya. Beberapa saat kemudian, masuk sebuah sms lagi dari orang yang sama. Kali ini isinya mengundang rasa penasaran. “Rat, lebih baik kamu balik ke kos sekarang deh!”

Kontan aku jadi bertanya-tanya. Memangnya kenapa? Ada apa? Kemudian aku putuskan untuk kembali ke rumah kos, saat itu juga.

Sampai di sana, ternyata benar. Heboh. Semua penghuni kos berkumpul di ruang tamu dengan wajah yang murung. Kemudian, salah satu pembantu kos memberitahuku kalau Dina, anak kos yang baru seminggu itu menggasak barang-barang di sana.

Aku langsung ingat laptop dan kamar yang tidak kukunci. Aku berlari ke atas, menaiki satu per satu anak tangga berwarna putih, dan ketika kubuka kamarku. Jrengggggggggggggg, laptopku beserta chargernya sudah tidak ada di tempatnya. Tak hanya itu, ponselku yang tadi aku ingat betul ada di atas tempat tidur, kini juga sudah lenyap, begitu juga dengan chargernya. “Lengkap sekali kalau maling itu orang.”

Aku benar-benar bingung, mau menghubungi Radio Suara Surabaya, tapi percuma. Mana mungkin pelakunya bisa dikejar. Entah sembunyi di mana dia sekarang. Dan satu-satunya cara adalah melapor kepada pihak yang berwajib. Meski aku tau, sebenarnya itu juga merupakan langkah yang amat sangat mubadzir.

Sampai di polsek Rungkut, di Jl. KH. Abdul Karim, aku langsung melapor pada petugas yang ada di garis depan. Dengan santai, Pak Polisi mencatat laporanku. Kemudian, beberapa polisi lainnya berangkat ke rumah kos untuk memeriksa. Polisi masuk ke kamar Dina. Di sana, mereka menemukan keadaan kamar yang kosong melompong, tempat tidur tanpa sprei, 3 helai baju di dalam lemari, dan berpuluh-puluh kardus obat gatal CTM yang efeknya mengakitkan mengantuk.

Kalian tahu? Ternyata ini cara Dina mengalihkan perhatian semua penghuni kos. Menurut penuturan pembantu kos, siang itu Dina membuat sepanci kolak yang ternyata di dalamnya sudah dicampuri dengan CTM yang dihaluskan di dalam kamar. Kemudian dia membagikan kolak tersebut kepada semua penghuni kos, kecuali ibu kos. Rasa ngantuk pasti tak dapat terelakan. Bayangkan, satu tablet saja bisa bikin ngantuk, kali ini berpuluh kardus. Padahal satu kardusnya berisi 12 tablet. Coba bayangkan sendiri betapa ngantuknya.

Ditengah lengahnya para penghuni kos. Dina menggasak barang-barang di sana. Namun, dia hanya mengambil barang yang ada di kamar atas. Kesempatan memang lebih besas di lantai atas, karena lebih sepi. Alhasil, laptop dan ponsel milikku, dua ponsel milik penghuni lain, serta perhiasan milik pembantu kos raib sudah.

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Mungkin saat itu, ketika kami sedang bingung, Dina sedang berfoya-foya menikmati hasil jarahannya. Polisi pun tak bisa berbuat banyak, tidak tau kemana harus mencari Dina. KTP pun tak ada. Ibu kos membiarkan Dina melenggang ringan di dalam rumah kos tanpa KTP, dengan alasan masih dibawa oleh kakaknya. Ibu kos yang amat teledor.


**Cerita ini terjadi tiga tahun lalu. Iya, tepat pada tanggal delapan, bulan delapan, dan pada tahun 2008.  Sudah lama, tapi aku menulis pengalaman ini hanya untuk berbagi, agar orang lain lebih berhati-hati dan tidak seteledor itu.

Seaman apapun rumah kos, seharusnya anak kos selalu mengunci kamar jika sedang keluar. Ingat, rumah kos bukan rumah sendiri. Apa saja bisa terjadi di sana. Jangan sepertiku yang lalai, terlena dengan rasa aman yang selama ini terjadi. Dan begitulah jadinya. Seandainya saat itu aku mengunci pintu, mungkin laptop dan ponselku tidak akan hilang.

Tapi, ya sudahlah. Kejadian tiga tahun lalu, kejadian lawas. Ketika aku kuliah semester lima. Mungkin saat itu Allah hanya sedang mengingatkan. Yaaa, semoga Dina diberikan rejeki yang melimpah ya oleh Allah, jadi suatu saat nanti, dia tidak perlu menyusahkan orang lain untuk menyenangkan dirinya. Amin amin amin.

Tagged: , ,

2 comments:

  1. semoga selalu menjadi pelajaran berharga, dan diberi ganti yang lebih baik, semoga...

    ReplyDelete

Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^