14 July 2011



Semua orang akan terasa dekat, ketika sama-sama tercekat.

Saya hanya  ingin berbagi cerita tentang pengalaman seminggu yang lalu. Waktu itu saya datang ke sebuah pusat perbelanjaan yang ada di daerah Sidoarjo. Bukan untuk berbelanja, namun berkunjung ke SIM CORNER untuk perpanjangan SIM A yang sudah terlambat sehari.

Saya berangkat pukul 09.00 WIB. Memang tidak terlalu pagi, karena menurut saya, pusat berbelanjaannya saja baru buka gerbang. Jadi dengan amat santai, saya mengendarai sepeda motor ke sana. Setelah sampai, nyatanya benar. Banyak toko yang baru buka lapak, malah ada yang belum buka. Jadi makin lambat langkah ini  menuju SIM CORNER yang ada di lantai 3.

Namun setelah sampai di depan SIM CORNER, betapa saya terkejut. Tak disangka tak diduga, ternyata antrian perpanjangan SIM sudah bertumpuk. Sampai-sampai, petugas bagian registrasi tidak terlihat sehelai rambut pun. Aduh, bingung. Saya baru pertama kali ke SIM CORNER dan mendapati keadaan yang demikian.

Kemudian saya pilih bertanya pada seseorang yang sepertinya bertugas mengumpulkan berkas. Bertanya padanya bagaimana cara perpanjangan SIM. Lalu dia meminta KTP dan SIM saya kemudian menempelkannya pada sebuah blanko, yang harus diserahkan pada bagian registrasi.

Seperti yang sudah saya ceritakan dalam paragraph sebelumnya. Keadaan bagian registrasi amat padat. Manusia bertumpuk, nyaris tak ada celah, apalagi mayoritas yang mengantri adalah para lelaki. Saya bingung harus lewat mana untuk mengumpulkan blanko tadi. Di tengah kebingungan, tiba-tiba ada mas-mas yang menengok dan membantu saya menaruh blanko tersebut ke atas meja. Syukurlah. Semoga mas-mas tadi selalu dilancarkan rejekinya. Amin.

Jadilah saya ikut berdiri di antara para pengantri yang tampangnya sudah amat tidak sabar untuk dipanggil namanya. Sambil menunggu giliran, saya memperhatikan pengantri lainnya. Mereka ternyata berhati baik. Buktinya, ketika petugas di bagian registrasi menyebutkan nama dengan suara pelan. Tanpa dikomando, mereka juga ikut menyebutkan nama tadi. Mungkin maksudnya agar yang dipanggil cepat datang, dan cepat juga gilirannya.

Ada lagi yang membantu mengambilkan blanko dan memberikan uangnya pada petugas. Termasuk saya. Ketika jatuh pada giliran saya dipanggil. Nama saya diteriakkan berkali-kali. Saat itu saya berdiri pada posisi paling belakang, dan sangat jauh dari meja registrasi.

Kemudian dengan kompak, mereka mengoper blanko dari depan sampai ke tangan saya. Kemudian membantu memberikan uang saya kepada petugas. Lagi-lagi, pasti maksud mereka agar antrian cepat selesai, dan giliran mereka cepat sampai. Haha

Maksudnya egois. Memikirkan diri sendiri. Namun bermanfaat juga untuk lainnya. Setidaknya mereka membantu petugas memanggil nama jika si mpunya blanko tidak kunjung datang, jadi petugas tidak perlu teriak-teriak. Kedua, orang-orang yang berdiri di bagian belakang, bisa dengan mudah mendapatkan blankonya, tanpa harus susah-susah ke depan.

Tak apa-apa, setidaknya mereka juga sekaligus berbuat baik kepada orang lain. Tapi alangkah lebih baik jika bisa menolong sesama dalam keadaan apapun. Amin.

“Berbuat baik yokkk, jangan pas kepepet aja!” :D

Tagged: ,

0 comment:

Post a Comment

Monggo berkomentar, ditunggu lho.. ^_^