30 January 2014


Dimanapun itu kejujuran adalah hal terpenting, bagaimanapun situasinya kejujuran tetap menjadi hal terpenting, siapapun yang dihadapi, mau anak kecil, orang tua, kejujuran harus dilakukakan. Mau seburuk apapun situasinya, mau seperti apapun orang yang ada di depan kita, sikap jujur harus wajib dipertahankan. Karena hanya karena jujur, sikap itu bisa jadi menolong kita. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti
Jika karena jujur kita kemudian menjadi orang yang dibenci, sementara mereka yang tidak jujur bisa mendapatkan banyak teman. Biar saja, yang penting kita sudah jujur. Jika karena jujur kemudian kita menjadi orang yang tidak punya, sementara mereka yang tidak jujur bisa mendapat segala macam harta benda. Biar saja, tetap genggam erat-erat sikap jujur itu. Jika karena jujur kemudian kita menjadi orang yang kalah, sementara mereka yang tidak jujur, berhasil menipu dan sebagainya kemudian bisa merasa puas karena menjadi pemenang, biar saja, bukan masalah yang penting sikap jujur masih tersimpan cantik di hati.

Dear, jika siapa saja tau betapa pentingnya menjadi jujur, betapa mulianya bersikap jujur, betapa cantik dan gantengnya orang-orang yang mau jujur, pasti menyenangkan sekali hidup ini. Meski ada kalimat “Jujur itu menyakitkan” tapi bukankah yang penting itu sudah jujur. Tentu ada cara menyampaikan agar kejujuran itu tidak terlalu menyakitkan. Dan meski sudah disampaikan dengan hati-hati tapi tetap menyakitkan, kejujuran tetap baik adanya. Kata Darwis Tere Liye, rasa sakit dalam hati hanyalah sementara, pemahaman yang baik tentang rasa sakit itulah yang abadi.

Maksudnya adalah belajar memahami, mengerti, memaafkan, dan menerima. Jika memang sebuah kejujuran itu menyakitkan, maka kebohongannya pasti akan lebih menyakitkan lagi. Kejujuran adalah sikap yang baik, maka akan membawa kebaikan-kebaikan lain datang dengan sendirinya.

Semoga Allah selalu menjadikan kita orang-orang jujur dan mendekatkan kita dengan orang-orang yang jujur dan baik.
Amin.

Dan melalui posting ini, saya cuma mau ngomong; seburuk apapun tempat kerja kita saat ini, sikap jujur tetap penting dipegang teguh. Bukan soal kepuasan, bukan soal pembalasan, bukan soal memperlihatkan siapa yang paling pintar, tapi soal hati yang baik, hati yang ikhlas, hati yang cantik.

Semoga dimengerti.

From: Lounge
Narablog, saiki aku arep nyoba posting nggawe boso jowo. Opo’o kok moro-moro aku pingin posting nggawe boso jowo? Soale Narablog, nek ta rasa-rasano, aku wis biasa posting nggawe bahasa nasional tercinta ambek ta selipi bahasa inggris, kadang aku yo nulis status nggawe bahasa inggris, lha terus boso jowoku yo opo? Kapan aku nggawene? Wong nang kantor aku yo jarang nggawe boso jowo. Lak suwi suwi, aku termasuk wong sing iso Bahasa Inggris aktif, boso jowo pasif. Yo emoh aku. Nek iso yo kudu seimbang.

Lha boso jowo kok campuran bahasa Indonesia ngene lho, Nis? Iyo rek, iki bahasa sing ta gawe pas keseharianku. Boso jowo suroboyoan. Boso ngoko, duduk kromo inggil. Kromo inggil angel rek, sumpah. Lha iki mau sing ta omong boso jowo pasif. Kadang nek ono wong ngomong kromo inggil, aku ngerti maksudte, tapi aku gak ngerti yo opo cara nyaurine. Akhire aku nyauri nggawe bahasa Indonesia. Wis a? Gak boso jowo pasif ta iku jenenge? Parah tow?

Lha terus nek ono pembaca blog sing duduk wong jowo terus gak iso boso jowo sisan, yo opo? Hehe, yo takono koncomu sing iso boso jowo, rek. Nek gak ono sing iso, nggih pun. Sepurane sing akeh, lha aku lagi pingin posting jowoan e.

Oke lanjut. Saiki aku arep mbahas soal senenge duwe mas utowo mbak. Tapi soale aku duwene mas lanang, dadi iso e crito enak e duwe mas.

Narablog sing durung ngerti masku, iki lho fotoe masku.

Ngganteng tow? Tapi wis nikah arek e, anak e siji, lucu sisan. Masku iki jenenge Ronggo Alit. Ojo takon artine opo, soale aku yo gak ngerti. Umure masku iki 29 taun, mek kacek 4 taun ambek aku.

Lha terus opo se enak e duwe mas koyo masku?
  1. Masku iku senengane musik pas sekolah biyen. Iso nyekel sembarange alat musik. Yo gitar, yo bass, yo drum, opo maneh nyanyi, lhooooo masku iki suarane apik tenan. Merdu. Terus untunge gawe aku opo? Masio aku gak iso kabeh alat musik lan gak mahir, paling nggak aku iso main gitar. Paling nggak aku iso main lagu sing nggawe kunci dasar. Nek gak mergo masku, aku gak bakalan iso.
  2. Aku dadi ngerti endi velg ban sing apik ambek nggak. Lampu mobil sing cocok ambek nggak. Soale masku iku senengane ambek mobil. Dadi saiki aku iso ngerti sing endi velg racing opo duduk, ban mobil iki kiro-kiro nggawe ring nomer piro, lan liya liyane. Nek gak ono masku, sampe saiki aku paling yo gak ngerti.
  3. Aku iso duwe ojek langganan. Gak perlu duwe pacar rek nek duwe mas lanang. Nang endi-endi iso njaluk diterno ambek mas. Tapi pas biyen durung nikah, nek saiki yo aku nang endi-endi budal dewe. Kesepian aku ngene iki. Nek biyen, dikongkon ibu tumbas opo ae, pasti ngajak masku. Aku tau lho nang mall ambek masku. Sangar yooo…
  4. Lumayan entuk lungsuran. Lungsuran iku opo? lungsuran iku barang sing wis gak digawe masku, iso ta gawe. Yo ancen kudu nyilikno dan gak kabeh, tapi lumayan. Lha wong masku iku wong sing senengane tuku barang apik ber-merk. Nah seringe barang e wis gak cukup, tapi jek apik. Dadi mlayune pasti nang aku. Conto e, helm. Aku paling tuku helm iku ping pisan tok, regoe murah sisan, iku pun ambek masku tukune, soale masku nek milih barang mesti apik. Nah helme masku iku larang-larang. KYT, INK, lan liya-liyane. Dadi timbang helm akeh nganggur, dadi sering ta gawe. “Mas, helmmu ta gawe yo?”, masku njawab ” Iyo gaween, Dek. Ojo ilang lho..” Hehe masku apikan kok ancene.
  5. Koyo duwe pacar. Masku iku wis ngganteng, apik an, arek e gati sisan ambek adik e. Gati iku opo? Gati iku suka memperhatikan. Dadi nek aku lungo nang endi endi, pasti ditakoni, ambek sopo, numpak opo, lan liya-liyane. Sampe saiki, masio masku wis nikah. Nek aku lungo nang luar kota, pasti ditakoni “Lungo nandi dek? ambek sopo? numpak opo?” Nek numpak pesawat pasti ono pertanyaan tambahan, “Numpak pesawat opo? Wing opo boing? Terbang jam piro? Delay ta gak? Saiki wis nang pesawat opo durung?, hehe nek iso paling jenenge pilote yo ditakoni.
  6. Masku iku wonge sabar. Jenenge ae mas, aku adek. Dadi nek ono opo-opo masku ngalah, nek aku takon opo-opo, mesti dijawab (masio akeh g ngertine se, hehe).
Yo iku rek senenge duwe mas lanang koyo masku. Asline jek akeh liyane, tapi nek ta kabehno, yo sampe mene gak mari postingan iki. Yo wis suwun yo rek wis mampir nang blogku.

Nek awakmu duwe mas lanang opo mbak wedok?

From: Lounge
Semakin malam beranjak naik, Dingin Bromo semakin memeluk kami erat. Tidur hanya sebuah syarat yang harus dilalui sembari menunggu pagi. Karena nyatanya tidak ada yang benar-benar terlelap bersama mimpi. Hanya memejamkan mata yang lelah, itu saja. Selebihnya, kami masih sadar sepenuhnya.

Pukul 3 dini hari, dengan mengenakan pakaian lengkap mulai dari ujung kepala hingga kaki, kami memulai perjalanan menyenangkan sesungguhnya, seperti yang saya tulis pada posting sebelumnya.  Untuk mencapai puncak Bromo, kami harus menyewa Jeep yang berisi maksimal 6 orang penumpang, dengan harga Rp 875.000,- untuk 4 lokasi wisata di Bromo.

Kami kembali disambut dengan jalan tikungan terjal berliku yang menakutkan. Namun lagi-lagi saya mengatakan, jalan terjal berliku itu hanyalah syarat yang harus dilalui untuk mencapai puncak Bromo dengan janji cantiknya matahari terbit. Sempat terbersit pemikiran, perjanalan ke Bromo ini seperti jalan kehidupan saja, yang harus dilalui dengan penuh usaha keras untuk sampai dipuncaknya. Maka, usaha keras hanyalah syarat yang harus dilalui untuk mencapai kesuksesan dengan janji kehidupan yang lebih baik.

Bukan berarti berangkat lebih awal membuat puncak Bromo masih sepi. Sesampainya di sana, sudah banyak Jeep yang memenuhi jalur penanjakkan. Orang-orang, meski masih sepagi itu, sudah riuh tertawa, berteriak, dan lainnya. Sepeda motor saling berebut untuk naik ke atas terlebih dahulu. Sungguh pemandangan yang tidak pernah saya lihat sebelumnya di tempat tinggal saya. Senang melihatnya.

Rintik gerimis pun turun tanpa undangan, saya dan lima kawan saya melangkah mantab mulai menapaki jalur penanjakkan. Dataran tinggi membuat saya harus mengeluarkan tenaga lebih untuk berjalan, namun semua itu tidak terasa karena di sana, semua orang melangkah dengan penuh sukacita, tawa, bahagia.

Sebenarnya gerimis yang menetes di awal tadi sudah menjadi firasat buruk. Karena bisa jadi matahari akan malu-malu untuk muncul kepermukaan, dan lebih memilih tenggelam dibalik awan mendung yang menggantung. Dan benar adanya. Matahari benar-benar malu memperlihatkan cahaya cantiknya dan enggan memberikan hangat sinarnya pagi itu.

Kecewa? Mungkin. Namun saya tidak dibuat kecewa hanya karena matahari gagal tampil pagi itu. Show must goes on. Tidak ada matahari, lampu pun jadi. Dan saya pun berfoto dibalik gelapnya subuh di depan sebuah gedung tinggi dengan lampu kuning. Alhasil, saya pun mendapatkan foto siluet diri saya dengan sorot cahaya lampu dihadapan matahari yang malu-malu.


Namun semua itu terbayar ketika saya memutuskan untuk turun, mencari pesona Bromo yang saya yakin tidak hanya dimiliki oleh matahari yang lebih memilih bersembunyi dibalik awan itu. Bromo, setiap jengkalnya ada pesona, setiap sudutnya adalah jurang keindahan dari Sang Maha Pencipta. Kabut putih yang turun pelan-pelan disana, membuat suasana pagi menjadi amat romantis dan dramatis.


Ada rindu di Bromo, ada seseorang yang setahun lalu juga menginjakkan kakinya di Bromo. Dan kini saya pun merasakan dingin yang sama dengan dia waktu itu.


Sejenak saya melihat sekeliling yang kini mulai diterangi cahaya pagi. Terdiam. Dan sungguh biarkan saya mengucapkan syukur kepada Sang Maha Kuasa atas segala sesuatunya di alam semesta. Nafas saya tertahan, terimakasih ya Allah sudah menciptakan alam semesta seindah ini. Alam yang masih bisa menenangkan ketika melihatnya, langit yang terasa begitu lapang ketika mememandangnya, dan tentram ketika kita memejamkan mata.


Maka nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan? Penanjakan Bromo dan segenap yang melingkupi keindahannya adalah sedikit dari sekian bukti bahwa Allah adalah Maha Baik.

From: Lounge
Dingin Bromo mungkin sanggup membekukan jemari, membuat siapa saja lebih memilih berlama-lama dibawah selimut dibandingkan berlari keluar dimalam hari, membuat hujan yang sudah dingin akan terasa lebih dingin. Namun dingin ini yang membuat siapa saja akan rindu untuk kembali lagi kesana. Memeluk dingin dalam heningnya malam Bromo.

Bromo, 25 Januari kemarin, tidak ada lagi yang mampu saya rasakan selain dingin. Hari itu saya memulai perjalanan menuju gunung dengan pesona terindah sepanjang masa. Bersama 5 orang teman lainnya, Avanza veloz putih melaju dengan gagah menembus berderet-deret mobil sepanjanga jalan Sidoarjo – Bromo. Iya saya berangkat dari Sidoarjo, waktu itu pukul 19.30 WIB.

Malam itu saya begitu menikmati jalanannya yang berliku-liku. Maklum, terakhir kali saya ke Bromo ketika saya masih duduk dibangku Sekolah Dasar, sudah sangat lama, dan kali ini saya tidak ingin menyia-nyiakan perjalanan ke sana. Tikungan-tikungan tajam yang biasanya hanya saya lihat melalui permainan Need For Speed, hari itu saya mengalaminya. Saya tidak pegang setir, tapi cukup dengan ikut melihat kedepan, melihat sendiri bagaimana tikungan tajam menanjak dilalui mobil yang saya tumpangi, dan saya merasakan bagaimana deg-degan melalui jalanan seperti itu.

22.30 WIB, saya sudah sampai di sana. Memang belum mencapai puncak, namun tempat itu adalah batas terakhir mobil pribadi boleh masuk. Karena masih terlalu lama untuk menunggu fajar, maka kami memutuskan untuk menyewa sebuah rumah penduduk. Rumahnya tidak terlalu besar, memiliki 2 kamar tidur lengkap dengan kamar mandi dalam, 4 tempat tidur besar, dan 2 ruang tamu, rasanya rumah ini cukup besar untuk kami berenam. Dengan harga yang tidak terlalu mahal, Rp 400.000,-, kami bisa sejenak meluruskan kaki dan merebahkan punggung setelah perjalanan jauh.

Sembari menunggu pagi, kami mengisi perut yang sedari tadi sore belum terisi apapun. Seperti biasa, makanan favorit di daerah dingin seperti ini adalah makanan berkuah panas dan cepat saji. Dan inilah yang kami pesan. Mie Cup yang matang cukup dengan disedu dengan air panas selama 10 – 15 menit.


Kalian tidak akan pernah merasakan kenikmatan seperti ini jika memakan mie cup di rumah. Disini meski belum menginjak dini hari, hawa dingin sudah memeluk tubuh sedikit demi sedikit. Dingin yang tidak bisa dilawan, tidak bisa ditolak, hawa dingin yang tiba-tiba menyergap tanpa bertanya apakah kita mau bersamanya. Tetapi canda tawa, mie cup, dan segelas kopi panas, ditambah dengan foto-foto, semua itu mampu mengusir dingin yang sempurna bercampur dengan udara disekeliling.


Setelah mie cup tandas, segelas kopi habis, canda tawa hilang, dan sesi foto selesai, kami hanya tinggal menunggu pagi. Merebahkan punggung yang mulai lelah karena perjalanan, meluruskan kaki yang sedikit terasa linu karena dingin. Dan kami pun terlelap dalam buaian hangat selimut masing-masing.

Bersyukur Tuhan tidak hanya menciptakan dingin, namun juga memberikan hangat. Yang saat ini sedang merasa Tuhan tidak adil. Tolong dipikirkan kembali.

Disini kalian tak perlu khawatir akan bangun kesiangan. Sebelum memesan makanan tadi, kami sudah berpesan kepada Bapak yang menyewakan jeep dan rumah untuk membangunkan kami pukul 03.00 WIB. Waktu dimana semua perjalanan menyenangkan sesungguhnya di Bromo akan dimulai. Waktu penanjakkan bersama puluhan batu, tumbuhan, dan edelweis yang abadi.

Cerita ini tidak berhenti sampai disini. Karena Bromo menyimpan banyak cerita menyenangkan yang menarik untuk ditulis. Ikuti terus ya.



 From: Lounge

Kembali selalu menjadi tempat yang indah. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke blog ini, apakah meninggalkan blog yang lama? Tentu tidak, blog www.annisareswara.wordpress.com akan tetap ada. Apakah isinya akan berbeda? Tentu tidak. Isi Blog Catatan Mini ini akan sama dengan Lounge.

Jadi Narablog bebas memilih, ingin berkunjung ke blog yang mana. Dan kemungkinan blog ini akan berubah nama. Menjadi apa? Saya masih memikirkan nama yang pas untuk blog ini.

Selamat membaca... I’m back!

15 October 2012

Singkat saja.

Setelah berlama-lama berbagi tulisan lewat blog ini, akhirnya saya memutuskan untuk Move On. Dari Blogger beralih ke WordPress. Lho, kenapa? Karena sesuatu hal, bukan penting, tapi ya penting nggak penting sih ya...

Awalnya saya berniat untuk memindahkan semua posting saya dari Blogger ke WordPress. Tapi setelah dipikir-pikir, nggak usah deh... Biar semua menjadi kenangan. *Halahhhhhh..

Ya, biar ada sejarahnya kalau saya pernah nge-blog selama bertahun-tahun di blogger dengan alamat annisareswara.blogspot.com.

Dan kini saya pindah ke WordPress dengan alamat annnisareswara.wordpress.com.

Tujuan saya menulis hanya berbagi, jadi semoga tetap mau membaca tulisan-tulisan saya, meski saya sudah pindah.  Belum ada perabotnya sih, tapi rumah baru saya itu akan segera saya renovasi dan berisi perabot lengkap. Semoga saya betah di WordPress.

Salam, Demikian.

07 October 2012


Kelahiran, suatu kejadian yang selalu ditunggu-tunggu.

Istri, hatinya buncah ketika mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung beberapa minggu. Seketika mengabarkan berita gembira ini pada sang suami yang tengah penat dengan setumpuk pekerjaannya. Kemudian hatinya juga ikut membuncah karena kabar ada calon bayi dalam perut istrinya, dan seketika pekerjaan menjadi hal yang sangat menyenangkan dan harus segera terselesaiakan agar cepat bertemu istrinya untuk mengantarkan ke dokter kandungan.

Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, dengan sangat hati-hati sang istri menjaga kandungannya sekuat tenaga agar tetap sehat. Memilih makanan yang bergizi demi sang jabang bayi agar anaknya tumbuh dengan baik di dalam perut. Setiap pagi sang suami mengelus perut sang istri yang kian hari kian membesar. “Nak, cepat lahir ya. Trus temani ayah nonton bola.” Sang istri tidak terima, memasang wajah manja. “Jangan y nak, jangan nonton bola. Nanti baca buku aja sama ibu.” Keduanya tertawa, buncah lagi satu kebahagiaan ditiap pagi bersama anak yang masih dalam kandungan.

Mendekati bulan kesembilan, sang istri semakin hati-hati menjaga kandungannya, sementara sang ayah semakin giat bekerja demi menyambut kelahiran sang anak tercinta. Betapa orangtua selalu menanti anaknya.

Hari H telah tiba, sang suami tergopoh-gopoh membawa istrinya ke rumah sakit bersalin. Mencari dokter terbaik dan kamar bersalin terbaik demi proses kelahiran anaknya. Ruangan lengkap dengan pendingin pun tak kuasa menahan keringat yang merembes pelan.

“AAaaa..” Satu jeritan yang terdengar dari sang istri, maka satu larik doa dari sang suami,  “Ya Allah, lindungilah istri dan anakku.” Satu jeritan lagi terdengar, satu larik doa lagi terucap, “Ya Allah, mudahkanlah segala urusan ini. Engkau adalah Maha segalanya, maka mudahkanlah proses kelahiran ini.” Satu jeritan lebih keras lagi terdengar, satu doa lagi terucap, “Ya Allah, hanya kepada-Mu aku memohon, hanya kepada-Mu aku meminta perlindungan. Ijinkan aku untuk selalu bersama anak dan istriku, mencintai mereka, dan menyayangi mereka karena-Mu, ya Rabb.”

“Owekkkk” satu tangisan keras terdengar. Semua yang menunggu di luar ruangan bersalin sontak berdiri. Sang suami, hanya dengan satu tangisan keras saja, dia tersungkur, bersujud, mengucapkan beribu-ribu syukur atas kelahiran anaknya. Tak hanya hatinya saja yang buncah dengan bermilyar kebahagiaan, tapi kini airmatanya deras mensyukuri apa yang barusaja Allah berikan padanya.

***

Itu hanya ilustrasi. Betapa orangtua selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mulai dari kita belum lahir, hingga kita dewasa. Dan setelah kita dewasa, seperti nya jarang untuk melakukan yang terbaik untuk orangtua kita.

Untuk kalian yang kemarin, hari ini, atau entah kapan diwaktu yang lalu, yang sampai hari ini masih menyimpan marah pada orangtua kalian, yang sampai hari ini masih suka membantah, tidak sengaja berkata kasar, maka hentikan. Berkatalah yang lembut pada orangtua kita. Karena jika ada pemutar masa lalu yang bisa membawa kalian pada hari kelahiran kalian, pada saat-saat ketika kita masih kecil, belum bisa apa-apa, orangtua kita yang selalu berada disisi kita. Sebisa mungkin melindungi kita, dari gigitan nyamuk terkecil sekali pun.

Hari ini, sudahkah kita mengatakan sayang pada orangtua kita?

***

Dan tanggal 4 Oktober lalu, kakak saya resmi menjadi seorang ayah, dan istrinya resmi menjadi seorang ibu, kemudian saya resmi juga menjadi seorang tante.

Untuk keponakan tersayang, tante doakan semoga kamu menjadi anak yang sholehah ya, berbakti pada orangtua, berguna untuk Negara dan agama, dan bermanfaat untuk orang disekitarnya. Aminnn

"Selamat ya Mas Ronggo Alit dan Mbak Hesty"

(Ayah - Anak - Ibu)